Pada
awalnya pengertian addiction hanya
ditunjukan pada kasus penyalahgunaan obat-obatan (eg. Walker 1989), seperti
definisi yang diungkapkan oleh American
Psychiatric Association’s diagnostic and Statistic Manual of Mental disorders
yang menjelaskan addiction
sebagai suatu ketergantungan secara fisik terhadap zat kimia yang mengakibatkan
withdrawal symptoms jika zat tersebut tidak dikonsumsi.
Definisi ini kemudian memunculkan suatu bentuk
kontroversi mengenai konsepsi tersebut. Kemudian definisi mengenai addiction
beralih dengan mengikut sertakan beberapa tingkah laku yang tidak
mengandung sesuatu hal yang memabukkan seperti halnya bermain video game
(Keepers,1990), compulsive gambling (griffits, 1990), overeating (Lesuire
& Bloome, 1993), dan Television-viewing (Winn, 1983) (http://
netaddiction.com/articles/symptom.htm). dan karena itu munculah definisi addiction
sebagai aktifitas kompulsif yang tidak terkendali tanpa memperdulikan
konsekuensi negatif yang merupakan akibatnya. Dikatakan pula bahwa pengertian addiction
digunakan dalam berbagai konteks untuk menggambarkan obsesi, kompulsi, atau
ketergantungan psikologis yang berlebihan, seperti : ketergantungan obat-obatan
(seperti alkohol, ketergantungan nikotin), problem gambling, kejahatan,
uang, kecanduan bekerja, makan yang berlebihan, kecanduan komputer, kecanduan
video game kecanduan pornografi,kecanduan televisi, dan lain sebagainya (http://en.wikipedia.org/wiki/Addiction).
Karena pengertian adiksi lebih
dikenal dalam hal ketergantungan (dependent) pada suatu zat (substance)
tertentu (Brown, 1991) berpendapat bahwa adiksi seperti fenomena dapat berlaku
juga dalam kaitannya dengan hal yang tidak berhubungan dengan mengkonsumsi
suatu zat tertentu, seperti kegiatan-kegiatan tertentu. Beliau juga berpendapat
bahwa tingkah laku-tingkah laku tersebut dapat menjadi adiksi, dan terdapat
bukti bahwa tingkah laku adiksi tertentu dapat menimbulkan perubahan dalam
neurochemistry, terutama peningkatan dopamine, pada orang-orang yang addicted. Brown
mendefinisikan addiction dalam clark yaitu sebagai berikut :
“addiction is a sense of
high interest in a case which gave rise to a desire to do so and accompanied by
certain symptoms” . (Brown, 1993, in Clark,2006)
addiction adalah rasa ketertarikan yang tinggi terhadap
suatu hal sehingga menimbulkan keinginan untuk terus menerus melakukan hal
tersebut dan di iringi gejala-gejala tertentu. (Brown, 1993, dalam clark,2006).
Menurut Brown tingkah laku kompulsif tersebut ditandai oleh simptom
tolerance, euphoria, salience, conflict, withdrawal, relaps and reinstatement
(Brown, 1993, dalam Clark,2006).
Brown (1993,1997) menulis beberapa
buah artikel yang mengungkapkan konsep “Hedonic management models of
addiction”, model yang dapat diaplikasikan pada adiksi dengan hal yang
tidak berhubungan dengan mengkonsumsi suatu zat tertentu. Brown mengungkapkan
bahwa semua orang melakukan suatu aktivitas tertentu agar membuat diri mereka
merasa lebih baik. Beberapa orang, baik melalui tahap perkembangannya, ataupun
karena satu stimulus yang sangat kuat dan belajar untuk membuat mereka merasa
baik disetiap waktu, dan kebanyakan akhirnya mengorbankan tujuan jangka panjang
mereka. Dua contoh tingkah laku yang dapat menimbulkan adisksi adalah joging
dan permainan komputer, keuntungan yang didapatkan adalah kesehatan tubuh dan
pengetahuan teknis.
2.2.2. Simptom Addiction
Simptom addiction dapat di
identifikasi dengan kemunculan tingkah laku tertentu. Tingkah laku tersebut
merupakan tindakan total individu, sedangkan proses psikologisnya meliputi
aspek-aspek yang mencakup fungsi kognitif dan emosional seseorang.
Brown sendiri mendefinisikan
addiction sebagai rasa ketertarikan yang tinggi terhadap suatu hal sehingga
menimbulkan keinginan untuk terus menerus melakukan hal tersebut dan di iringi
gejala-gejala tertentu. (Brown, 1993, dalam Clark,2006). Gejala-gejala tersebut
diantaranya :
1. Salience
Komponen ini menunjukan dominasi
aktivitas yang bersifat addiktif dalam kehidupan sehari-hari. Salience tebagi kedalam dua
bagian yaitu :
- Cognitive salience : dominasi aktivitas tersebut pada level pikiran
- Behaviour salience : dominasi aktivitas tersebut pada level tingkah laku
2.
Euphoria
Pada tingkatan euphoria seseorang
merasakan dirinya mendapatkan kesenangan dalam aktivitas tersebut.
3.
Conflict
Pertentangan yang muncul antara
orang yang addicted dengan orang-orang yang ada di sekitarnya (external
conflict) dan juga dengan dirinya sendiri (internal conflict)
tentang tingkat dari tingkah laku yang berlebihan. Pemilihan secara kontinyu
atas kesenangan sesaat (short term pleasure) akan mengarahkan pada sikap
acuh tak acuh terhadap konsekuensi yang merugikan dan kerusakan jangka panjang
(long term damage) dimana akan meningkatkan kebutuhan nyata atas
aktivitas tersebut sebagai copping strategy :
§ Interpersonal
conflict (eksternal) : konflik yang terjadi dengan
orang-orang yang ada disekitarnya
§ Intrapersonal
conflict (internal) : konflik yang terjadi dalam
dirinya sendiri
4.
Tolerance
Aktivitas tersebut mengalami
peningkatan secara progresif selama rentan periode untuk mendapatkan efek
kepuasan
5.
Withdrawal
Pada tingkatan withdrawal muncul
perasaan tidak menyenangkan pada saat tidak melakuakan aktivitas tersebut.
6.
Relapse and Reinstatement
Kecenderungan untuk melakukan
pengulangan terhadap pola-pola awal tingkah laku addictive atau bahkan
menjadi lebih parah walaupun setelah bertahun-tahun hilang dan dikontrol. Hal
ini menunjukan bahwa kecenderungan ketidak mampuan untuk berhenti secara utuh
dari aktivitas tersebut.
Komponen-komponen inti yang bisa mengidentifikasikan tingkat
addiction pada seseorang adalah salience, conflict, dan euphoria.
Sebagai tambahannya adalah tolerance, withdrawal, relapse and reinstatement.
Komponen-komponen ini merupakan komponen umum dalam sebuah addiction. Tolerance
berkembang sebagai kebutuhan pada seseorang yang addicted untuk
meningkatkan ketergantungannya pada tingkah laku bermain online game
untuk mendapatkan pengalaman yang sama dibandingkan pada saat bagian awal addiction.
Efek wihdrawal merupakan reaksi tidak menyenangakan pada saat
menghentikan aktivitas adiktif. Sementara relapse and reinstatement merupakan
pengembalian kepada keadaan semula dari addiction, walaupun setelah
periode penahanan aktivitas (Brown 1993).
boleh minta daftar pustakanya tidak?? terimakasih :)
BalasHapusada, ini saya dapat dari skripsi nya teman, kebetulan saya lupa sekalian minta daftar pustakanya, saya cari cari tdk ada di komputer, mungkin terhapus atau akibat virus. cuma kalau kamu mau ini skripsi ada di UNJANI cimahi, di UNPAD jatinangor juga saya pernah baca2 ada orang yang pakai teori addiction. maaf ya
BalasHapusmakasih infonya, izin copy yaa
BalasHapus