Kamis, 14 November 2019

TIPE KEPRIBADIAN MILLON (Theodore Millon)


Menurut Millon, psikologi telah memiliki berbagai macam perspektif, mulai dari psikodinamika, interpersonal, kognitif, maupun biologi. Saat berhubungan dengan ilmu lain, dalam psikologi akan muncul berbagai pandangan yang baru. Pada akhirnya setiap perspektif tersebut berusaha untuk mendominasi dunia sains psikologi. Dalam psikologi telah terdapat berbagai teori kepribadian yang berdiri sendiri dan terkadang tercampur aduk namun tetap memiliki berbagai kekurangan untuk menjelaskan dan melihat kepribadian secara utuh. Hal yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah menciptakan teori yang melihat kepribadian sebagai pola dari berbagai variable pada diri seseorang. Teori yang dibentuk jangan menjadi suatu perspektif yang baru. Melainkan, teori yang menciptakan dan mengembangkan sistem klasifikasi kepribadian dan gangguan, yang secara khusus merupakan integrasi dari berbagai pandangan besar yang telah muncul sebelumnya. Seperti yang telah diketahui sebelumnya, kepribadian adalah interaksi dari berbagai domain pada diri. Secara logika, teori kepribadian yang dibangun harus bisa mencakup dan memandang kepribadian secara luas dan integratif seperti konstruk kepribadian itu sendiri. Kunci dari membentuk teori yang seperti itu adalah dengan menemukan dan mengorganisasi prinsip-prinsip yang ada diluar bidang kepribadian (Millon, 1990).

Bentuk patologis fungsi manusia ditafsirkan oleh Millon sebagai gangguan atau ketidakseimbangan, pada mereka prinsip-prinsip evolusi ini mendorong fungsi bertahan hidup dan adaptasi ekologis. Dengan demikian Millon menjelaskan kepribadian melalui pendekatan Biososial. Biososial adalah suatu pendekatan psikologi yang berusaha memahami perilaku sosial dengan cara mengaitkan dengan gejala-gejala biologis. Ada tiga polarisasi yang mendasari terjadinya perilaku. 


TIGA POLARISASI

Berdasarkan hukum dasar evolusi, Millon mendeskripsikan inti dari “tujuan memotivasi” menjelaskan tentang biologi evolusi dan hubungannya dengan kepribadian. Dua kombinasi yang berbeda dari tujuan memotivasi ini, kemudian, menghasilkan kepribadian yang unik. Tujuan motivasi utama disusun dari tiga polarisasi: Existence, Adaptation, and Replication.
 
a.      Fondasi Evolusi Kepribadian
1.      Existence: The Pleasure-Pain Polarity
Bertahan Hidup: Melestarikan atau Meningkatkan Kualitas Kehidupan (Polaritas Pain Pleasure).


Tugas pertama bagi setiap organisme adalah untuk bertahan hidup. Organisme yang gagal untuk bertahan hidup akan musnah serta akan gagal mengkontribusikan gen dan karakteristik mereka pada generasi selanjutnya. Mekanisme evolusi yang terkait dengan tugas bertahan hidup adalah bagaimana cara organisme meningkatkan kualitas hidup (pleasure) atau melestarikan kehidupan (pain). Meningkatkan kualitas hidup adalah terkait dengan meningkatkan kualitas hidup organisme dan menunjukan perilaku-perilaku yang bertujuan untuk meningkatkan kesempatan bertahan hidup. Sementara melestarikan kehidupan adalah dimana organisme menunjukan perilaku yang menjauhi perilaku dan lingkungan yang mengancam kesempatan mereka untuk bertahan hidup. Mekanisme tersebut disebut juga dengan polaritas terhadap pleasure atau pain.  Pengalaman yang dialami dan dianggap sebagai sesuatu yang menyenangkan (pleasureable) secara umum diulangi untuk meningkatkan kemampuan seseorang bertahan hidup. Sementara pengalaman yang dialami dan dianggap sebagai sesuatu yang menyakitkan (pain) atau secara umum dapat membahayakan kelangsungan hidup cenderung tidak akan diulangi lagi. Organisme yang terus menerus mengalami pengalaman yang menyakitkan atau gagal untuk mengulangi pengalaman yang menyenangkan tidak akan dapat bertahan lama.
Seperti yang telah dijelaskan, mekanisme evolusi yang terkait dengan tahap ini adalah proses melestarikan hidup dan meningkatkan kualitas hidup. Kedua proses superordinat ini bisa juga disebut dengan istilah “tujuan hidup (existensial aims). Pada level abstraksi yang lebih tinggi kami akan menyebut hal ini dengan istilah polaritas pleasurepain. Kebanyakan manusia cenderung menunjukan kedua proses tersebut, ada individu yang berorientasi terhadap meningkatkan kualitas hidup dan ada mereka yang berorientasi terhadap menghindari rasa sakit. Tetapi walaupun demikian, sebagian individu ada yang memiliki kecenderungan konflik terkait kedua polaritas ini, dan sebagian lagi kurang menunjukan kecenderungan terhadap dua polaritas tersebut.

2. Adaptation: The Active-Passive Polarity. Adaptasi: Mengakomodasi Lingkungan atau Memodifikasi Lingkungan (Polaritas Passive Active)
Tugas evolusi kedua yang harus dilakukan oleh setiap organisme adalah adaptasi. Untuk hidup maka organisme harus hidup dalam suatu lingkungan. Organisme harus beradaptasi terhadap apa yang ada disekelilingnya atau membuat apa yang ada disekelilingnya menyesuaikan diri dan mendukung fungsi-fungsi mereka. Setiap organisme harus mampu memuaskan kebutuhan-kebutuhan mereka seperti kebutuhan akan nutrisi, keamanan, dan kasih sayang. Secara umum, lingkungan bisa menjadi sesuatu yang memuaskan kebutuhan atau menghambat kebutuhan tersebut. Sehingga, pilihan yang ada untuk setiap organisme adalah untuk menjadi organisme yang passive atau active. Pilihan bagi organisme adalah untuk mengakomodasi lingkungan yang sudah ada dan menerima apa yang diberikan oleh lingkungan, atau memodifikasi dan mengintervensi lingkungan sehingga lingkungan sesuai dengan kebutuhan organisme. Mode adaptasi ini berbeda dengan tugas evolusi yang pertama, mode adaptasi lebih berbicara mengenai bagaimana organisme bisa bertahan hidup.
Individu-individu yang memiliki polarisasi active, berperan sebagai agen perubahan. Mereka cenderung memodifikasi lingkungannya sesuai dengan keinginan mereka. Sementara individu-individu yang memiliki polarisasi passive, mereka cenderung mengakomodasi apapun yang diserahkan lingkungan untuk mereka, daripada merubah apa yang telah ada, mereka yang polarisasinya passive akan cenderung mencari lingkungan baru yang lebih sesuai dengan mereka ketika lingkungan yang mereka tempati cenderung bermasalah. 

3. Replication: The Self-Other Polarity. Replikasi : Memelihara Reproduksi atau Memperbanyak Reproduksi (Polaritas Other Self)
Tugas evolusi ketiga yang harus dilakukan oleh setiap organisme adalah gaya reproduksi, mekanisme sosiobiologi yang penting pada tugas ini adalah bahwa setiap gender memaksimalkan perannya untuk mempertahankan gennya. Setiap organisme harus bereproduksi untuk berevolusi. Mekanisme ini yang oleh para ahli biologis disebut sebagai strategi r; dimana tujuan bereproduksinya adalah memproduksi keturunan yang banyak, yang mana kemudian ditinggalkan untuk bertahan hidup menghadapi tantangan perubahan atau takdir. Sementara mekanisme lain disebut dengan strategi K. dimana organisme hanya memiliki sedikit keturunan tetapi diberikan perhatian lebih oleh orang tua mereka. Walaupun perbedaan individual selalu ada, tetapi kedua mekanisme ini bisa dikelompokan menjadi dua mekanisme yaitu mekanisme yan cenderung male self-oriented dan female - other nurturing strategies. Secara psikologis, strategi male self-oriented cenderung lebih egois, tidak sensitive, tida peka, dan tidak peduli; sementara strategi female - other nurturing oriented dianggap lebih berafiliasi, intim, protektif, dan mementingkan untuk berkumpul dengan yang lain. (Gilligan, 1981; Rushton, 1985; Wilson, 1978 dalam Millon, 2004).
Sebagai tambahan dari ketiga polaritas yang telah dijelaskan sebelumnya. Pada teori ini juga dijelaskan individu-individu yang mengalami ambivalensi terkait polaritas pain-pleasure dan self-other. Sebagai contoh pada individu-individu yang menunjukan kepribadian kompulsif dan negatifistik. Mereka memiliki masalah dalam memberikan prioritas terhadap diri mereka terlebih dahulu atau terhadap orang lain.

b.      Fondasi Neurodevelopmental Kepribadian
1.      Tahap 1 : Sensory-Atachment
Tahun-tahun petama kehidupan seseorang selalu didominasi oleh proses-proses sensori, fungsi dasar pada perkembangan yang membuat bayi dapat membangun susunan dasar dari stimulus yang dialaminya didunia, terutama dasar untuk membedakan objek-objek yang pleasureable dan objek-objek yang painful. Periode ini juga disebut dengan periode attachment karena bayi tidak bisa bertahan dan harus menggantungkan dirinya pada orang lain yang melindungi, mengasuh, dan menstimulasi mereka.

2.      Tahap I1 : Sensorimotor - Autonomy
Pada tahap sensorimotor-autonomy, fokusnya berpindah dari keberadaan menjadi keberadaan pada lingkungan. Jika dilihat dari perspektif evolusionari, anak pada tahap ini belajar mode adaptasi, apakah dia memiliki kecenderung memodifikasi lingkungan –polarisasi aktif-, atau menjadi seseorang yang memiliki kecenderungan untuk mengakomodasi lingkungan –polarisasi pasif-. Ketika seseorang beradaptasi secara aktif mereka memiliki disposisi untuk mengambil inisiatif dalam membentuk kejadian-kejadian dalam kehidupan mereka. Sementara mereka yang beradaptasi secara pasif cenderung menjadi seseorang yang menunggu sesuatu terjadi dan menerima apa yang telah diberikan. Anak-anak yang merasa aman akan cenderung mengeksplorasi lingkungan mereka tanpa harus takut terpisah dari figur kelekatannya. Sementara anak-anak yang tidak merasakan hal tersebut cenderung akan tetap dekat dengan pengasuh mereka, dan menjadi seseorang yang pasif.

3.      Tahap I1I : Intracortical-Reproductive Identity
Pada usia 11-15 tahun, seseorang akan merasakan berbagai perubahan hormon yang membuat keadan psikis mereka tidak nyaman. Perubahan-perubahan ini terlihat ketika pubertas dan diawali dengan munculnya karakteristik-karakteristik yang berkaitan dengan gender, dimana mereka mempersiapkan diri mereka untuk melakukan strategi r atau strategi K. Pada usia ini juga ditandai dengan perubahan fitur anatomi, suara, pembawaan, serta impuls-impuls seksual. Strategi-strategi ini secara psikologis di ekspresikan pada tingkat abstraksi yang lebih tinggi, dalam bentuk orientasi terhadap diri dan orientasi terhadap orang lain. Disini laki-laki bisa digambarkan sebagai lebih dominan, imperial, dan serakah, sementara wanita dianggap lebih komunal, mengasuh, dan menghormati orang lain. Teori kelekatan dan model evolusionari mengakui pentingnya konstruk self dan other. Dari perspektif kelekatan, konstruk ini menggambarkan tahap awal dari hubungan interpersonal.

c.       Domain Kepribadian
Teori evulosionari menawarkan beberapa macam polarisasi pada tahapan perkembangan dan tingkatan isi. Pertama polarisasi yang muncul dari fungsi kepribadian, seperti keinginan bertahan hidup dan adaptasi. Kedua adalah tahapan neurodevelopmental yang berjalan pararel dengan proses evolusi. Ketiga adalah konten dari karakteristik kepribadian. Pada bagian ini kita akan menggambarkan perbedaan antara fungsi dan struktur yang ada pada bidang biologis dan yang ada pada bidang psikologis. Dalam biologi, sebagai contoh anatomi tangan terdiri dari tulang, otot, dan syaraf yang memiliki fungsi untuk memanipuasi. Sama seperti halnya pada yang sifatnya biologis, hal-hal yang bersifat psikologis juga memiliki structural domains dari kepribadian yang menjadi dasar pada berfungsinya functional domains dari kepribadian, yaitu perilaku, cara bersosialisasi, proses kognitif, dan mekanisme yang tak disadari. Berikut adalah bagan yang memperlihatkan hubungan antara kepribadian, perspektif, dan domainnya. Serta penjelasan singkat mengenai domain-domain tersebut.



1.      Expressive Acts
Konsep dari traits merujuk pada perilaku konsisten yang muncul pada berbagai situasi, oleh karena itu expressive acts bisa diartikan sebagai perilaku diskrit dimana traits diekspresikan. Expressive act dalam sisi paling extrim bisa merujuk pada perspektif stimulus respon yang dulu lebih dikenal dengan nama perspektif behavioralnya Watson dan Skinner.

2.      Interpersonal Conduct
Functional domain ini diambil dari perspektif interpersonal yang bersumber dari Sullivan dan dilanjutkan oleh Kiesler sera Benjamin. Interpersonal Conduct berhubungan dengan karakteristik seseorang dalam berelasi dengan orang lain, termasuk motif yang mendasari perilaku berelasi, dampak terhadap orang lain –baik disengaja maupun tidak, reaksi mereka terhadap orang lain, serta sikulus berelasi yang diciptakan.

3.      Cognitive Styles
Functional domain ini diambil dari persperktif kognitif, mungkin perspektif kognitif yang paling dekat dengan yang digunakan disini adalah perspektif yang dimunculkan oleh Shapiro (1965,1981). Cognitive styles merujuk distorsi persepsi, bias perhatian, mekanisme penilaian, dan karakteristik dalam memproses informasi yang didapat dari lingkungan psikososial.

4.      Defense Mechanisms
Walaupun mekanisme dari pertahanan diri, gratifikasi kebutuhan, dan penyelesaian masalah diakui pada masanya, tetapi mekanisme tersebut pada dasarnya beroperasi pada tingkat ketidaksadaran. Tujuan dari defense mechanism adalah untuk melindungi kesadaran dari perasaan cemas yang berlebihan. Walaupun demikian, defense mechanism jarang muncul dalam kesadaran jika tidak dilakukan psikoterapi. Beberapa defense mechanism cenderung simple, yang lainnya rumit, dan berbelit-belit. Domain kepribadian ini pada dasarnya berhubungan erat dengan perspektif psikodinamika.
5.      Self-Image
Structural domain ini diambil dari perspektif interpersonal, kognitif, dan psikodinamika. Pada tahapan perkembangan seseorang, gelombang persepsi yang tidak terkoordinasi pada akhirnya membentuk suatu urutan dan keberlangsungan. Konsep dari diri memberikan pandangan yang stabil mengenai keberlangsungan dan kesamaan dari waktu ke waktu dari pengalaman yang berbeda-beda. Walaupun seseorang pada satu tingkatan tertentu tau “siapa mereka”, pada dasarnya setiap individu berbeda dalam kejelasan dan akurasi mengenai persepsi terhadap diri mereka.

6.      Object-Representations
Pengalaman pada masa awal kehidupan bersama pengasuh meninggalkan jejak struktural pada ingatan, sikap, dan emosi. Pengalaman-pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang tidak tertanam dalam pikiran bahkan sebelum kesadaran akan diri muncul. Karena itu, object-representations dapat digambarkan sebagai contoh utama yang digunakan seseorang dalam melakukan relasi interpersonal dalam fase kehidupan yang selanjutnya. Individu akan meramalkan pengalaman yang akan datang menggunakan contoh utama tersebut, kemudian individu akan mempersepsi dan bereaksi terhadap pengalaman tersebut berdasarkan contoh utama yang ada.

7.      Morphological Organization
Domain ini merujuk pada keseluruhan arsitektur dari pikiran dan diri. Bagian dalam dari psikis seseorang bisa menunjukan kelemahan pada kohesi strukturnya, kekurangan pada koordinasi antara komponennya, atau hanya memiliki sedikit mekanisme untuk mempertahankan keseimbangan dan harmoni pada pikirannya, sedikit mekanisme untuk meregulasi konflik internal atau memediasi tekanan dari luar. Organisasi dari pikiran adalah konsep yang berasal dari perspektif psikodinamika.

8.      Mood-Temperament
Walaupun hampir setiap orang mengalami variasi pada reaksi emosi mereka, kebanyakan individu pasti memiliki kecenderungan yang kuat terhadap reaksi emosi tertentu dibandingkan dengan yang lain, sebuah potensi yang menunjukan mood mereka yang berlaku secara umum, terkadang muncul karena kejadian dalam hidup tapi seringnya hal tersebut memiliki disposisi biologis. Temprament memiliki hubungan yang sangat dekat dengan mood, tetapi temperamen lebih baik diartikan sebagai total dari ikatan antara biologis dan kepribadian. Karena fisik kita muncul sebelum domain kepribadian muncul.

 ATAU


Domain Fungsional: Domain ini, menurut Millon (2011), adalah proses ekspresif yang terjadi sebagai transaksi coping antara individu dan lingkungannya. Mereka umumnya dapat diamati sebagai tindakan yang dirancang untuk mengatur kehidupan di dalam dan di luar. Mereka adalah sebagai berikut:
·                Emosi Ekspresif: Sebelumnya dikenal sebagai "Kisah Ekspresif," ini adalah perilaku lahiriah yang timbul dari keadaan afektif.
·                Perilaku Interpersonal: Kehidupan relasional dan gaya interaktif individu. Ini dan emosi ekspresif yang disebutkan di atas terdiri dari aspek perilaku kepribadian.
·                Gaya Kognitif: Kualitas dan isi perhatian dan fokus yang dicirikan oleh orang tersebut, serta metodenya mengatur dan menyintesis informasi dari lingkungan. Ini, bersama dengan citra diri, terdiri dari fenomenologi seseorang.
·                Intrapsychic Dynamics: Sebelumnya dikenal sebagai “Regulatory Mechanisms,” ini adalah proses internal individu yang secara tidak langsung dapat diamati sebagai tindakan penyelesaian konflik, kebutuhan gratifikasi, dan perlindungan diri. Ini sebagian besar analog dengan "mekanisme pertahanan."

Domain Struktural: Millon (2011) mendeskripsikan domain ini sebagai tempat yang lebih dalam dan lebih "disetel" yang disematkan dalam kepribadian dan menyediakan "platform" untuk domain fungsional. Ini tidak bisa diamati; oleh karena itu, mereka sebagian besar dapat diakses oleh orang lain berdasarkan inferensi dan laporan diri seseorang. Mereka adalah sebagai berikut:
·                Citra-Diri: Keserupaan atau perbedaan individu dibandingkan dengan orang lain, dan refleksi orang tentang rasa diri sebagai objek.
·                Konten Intrapsik: Sebelumnya dikenal sebagai "Representasi Obyek," Ini adalah harapan umum orang lain, seperti yang dicantumkan dari pengalaman awal.
·                Arsitektur Intrapsik: Sebelumnya dikenal sebagai "Organisasi Morfologi," ini adalah struktur pengorganisasian jiwa. Arsitektur batin ini memberikan wawasan kepada kekuatan dan kohesi kepribadian. Ini, bersama dengan konten dan dinamika, mewakili aspek intrapsikik dari kepribadian.
·                Mood / Temperamen: Domain ini menghubungkan substrat fisik tubuh dengan cara kerja jiwa. Ini termasuk fungsi neuropsikologis, energi umum dan karakteristik mempengaruhi, dan efek kesehatan fisik pada fungsi mental. Domain ini, sendiri, mewakili aspek biofisik kepribadian.

TIPE KEPRIBADIAN MILLON
Dari polarisasi tersebut, Millon membagi jenis / tipe kepribadian menjadi delapan bagian, yaitu

1.             Independent Active  (Antisosial)

Individu dengan kepribadian antisosial menolak kesakitan. Motif-motifnya lebih terarah untuk mengalahkan orang lain, cenderung bersikap skeptif, menunjukkan keinginan otonomi, dan tingginya keinginan untuk balas dendam atas pengalaman masa lalunya yang diperlakukan tidak adil. Dalam tindakannya tidak bertanggung jawab. Kegiatan-kegiatannya lebih mengarah pada pembenaran dari anggapan bahwa orang lain tidak dapat dipercaya dan tidak setia. Di dalam relasi sosialnya tidak peduli terhadap orang lain, dan sering bertindak kejam.
Individu antisosial ini berbeda dengan narcistik. Pola orientasinya lebih kearah perlindungan dan perlawanan. Perlindungan dalam pengertian untuk menghindari pemusnahan atau pembinasaan orang lain. Perlawanan selain mengandung arti kompensasi untuk membangkitkan reward pada diri sendiri, tetapi sekaligus untuk mencari ganti rugi atas penghinaan masa lalu.
Fokus perhatian individu dengan kepribadian antisosial semata-mata mencari keuntungan diri, kekuasaan, keinginan membalas dendam, keinginan untuk mengeksploitasi dan merebut apa yang dimiliki orang lain.
Etiologi : anak-anak yang diabaikan, dan bahkan sering menunjukkan sikap permusuhan.
Tindakan-tindakan yang diekspresikan : impulsif : tidak sabaran dan pemarah, kegiatannya bersifat spontan dan tergesa-gesa, terburu-buru dan spontan, berpandangan dangkal, tidak hati-hati, tidak memiliki perencanaan atas aktivitasnya, dan perilakunya tanpa mempertimbangkan alternatif maupun konsekuensi yang lebih jauh atas tindakannya.
Perilaku interpersonal : tidak bertanggung jawab : s tidak dapat dipercaya, gagal dlm mengambil tanggung-jawab sebagai pribadi dalam setting perkawinan, sebagai orang tua, sebagai pekerja, atau hal yg berkaitan dengan finansial, aktif memperlihatkan suatu tindakan kekerasan dan pelanggaran hukum.
Kognitif style : deviant : memandang dan menafsirkan kejadian-kejadian di dalam hubungannya dengan orang lain secara tidak bermoral, dan cenderung menghina dan mengabaikan aturan-aturan sosial yang berlaku.
Mekanisme regulasi : acting out : subyek akan semakin meningkat ketegangan-ketegangannya, jika menangguhkan untuk mengekspresikan pemikiran-pemikiran dalam bentuk menyerang orang lain atau mengekspresikan kedengkian terhadap orang lain; secara sosial impuls-impuls buruk pada diri mereka tidak dapat diubah ke dalam bentuk sublimasi, tetapi lebih mudah untuk diekspresikan secara langsung, tanpa disertai rasa salah.
Self image : otonom : memandang diri sebagai orang yang terkekang oleh kebiasaan-kebiasaan sosial maupun kesetiaan untuk pengendalian pribadinya; mereka menilai citra diri dan kesenangannya kearah kebebasan, dan tidak merasa terbebani, atau terikat oleh seseorang, oleh tempat, atau tanggung jawab, kegiatan-kegiatan rutin lainnya.
Gambaran tentang objek : rebellious : menggambarkan kondisi internal yang bercampur baur antara pembalasan, perasaan dendam dan impuls-impuls kegelisahan; kondisi inilah yang telah mendorong mereka untuk membantah adat-istiadat atau kebudayaan yang tidak dapat dipungkirinya, serta mereka menunjukkan cenderung untuk merendahkan nilai-nilai sosial, dan menyangkal nilai-nilai sosial yang dihasilkan masyarakat.
Morphologic : unbounded : mengambarkan kondisi internal untuk melakukan pertahanan diri atas kekurangan-kekurangannya dengan sikap dan dorongan yang sangat kuat untuk melanggar aturan, disertai ambang toleransi frustrasi yang rendah, dan sedikit kemampuan sublimasi untuk mengekspresikan pengekangan diri.
Mood / temperamen : callous : ditunjukan dengan sifat-sifat tidak sensitif, tidak adanya empatik, berdarah dingin, tidak ramah, tidak adanya penyesalan, kasar dan tidak sopan, kejam, tidak peduli terhadap kesejahteraan orang lain.

2.             Independent Passive  (Narcistik)
Individu dengan kepribadian narcistik menunjukkan kepercayaan terhadap diri sendiri yang tinggi. Berusaha untuk mengejar kesenangan dan menghindari kesakitan dengan mengarahkan pada diri sendiri. Memiliki self-image sebagai individu superior, dan mengarahkan reward dan kepuasan sangat tinggi terhadap diri sendiri.
Individu narcistik ini lebih banyak melambungkan perasaan diri berharga. Namun rasa percaya diri dan superioritasnya dibangun di dalam suatu premis yang keliru. Artinya tidak didukung oleh kenyataan. Individu dengan kepribadian narcistik ini memiliki pengalaman belajar sebelumnya yang menilai dirinya secara berlebihan.
Etiologi : orangtua yang memberikan penilaian yang berlebihan dan memperturutkan keinginan si anak.
Tindakan-tindakan yang diekspresikan : arogan : memiliki kecenderungan untuk mencemooh aturan-aturan sosial yang berlaku, menunjukkan ketidakpedulian serta acuh tak acuh terhadap integritas personal, serta sering mengabaikan kebenaran orang lain.
Perilaku interpersonal : ekloitatif : merasa diri hebat (bergelar), kurang empatik dan mengharapkan penghargaan tanpa menerima tanggung jawab secara timbal balik, tak tahu malu untuk mengakui dan menggunakan orang lain untuk meningkatkan diri dan memperturutkan keinginan-keinginannya.
 Kognitif style : expansive : terpaku dengan fantasi-fantasi yang tidak matang atas kesuksesannya, maupun keindahan atau kecantikannya, dan melihat realitas obyektif dengan mendasarkan ilusi diri.
Mekanisme regulasi : rasionalisasi : menipu diri dan berpikir secara mudah untuk mencari alasan-alasan yang masuk akal untuk membenarkan perilaku sosialnya; dengan mencari alibi, serta untuk menempatkan dan memusatkan perhatian pada dirinya sebagai individu yang terbaik, meskipun dalam kenyataannya kurang atau mengalami kegagalan.
Self image : admirable : menampilkan kepercayaan diri tinggi, kegiatan-kegiatannya lebih dimaknakan untuk melindungi diri dengan menampilkan prestasi; menunjukkan perasaan harga diri tinggi, meskipun dilihat keberadaanya oleh orang lain sebagai sesuatu yang egoistik, dan kurang memperhatikan terhadap orang lain, serta lebih menunjukkan sikap arogansinya.
Gambaran tentang objek : contrived (menghayal) : menggambarkan kondisi internal dalam bentuk idea-idea dan ingatan yang dalam kondisi yang tidak lazim atau lebih menggambarkan ilusi-ilusi tentang kemegahan, serta adanya perpaduan antara dorongan-dorongan dan konflik-konflik, serta kemegahan-kemegahan, jika tidak terstimulasi oleh persepsi dan sikap-sikapnya yang cepat berubah sebagaimana kebutuhan-kebutuhan yang dimunculkannya.
Morphologic : spurious : strategi coping dan pertahanan diri sangat tipis atau transparan, perpaduan dinamika dan regulasi impuls sangat kecil, penyaluran kebutuhan dengan pertahanan diri minimal, dengan menghilangkan konflik-konflik internal serta dengan segera diselamatkan oleh kebanggaan diri yang dipertegas disertai usaha yang lemah.
Mood / temperamen : insouciant : secara umum dicerminkan oleh sikapnya yang kurang tertantang, dingin tanpa impresi atau optimistik tanpa didukung oleh semangat dan usahanya, kecuali ketika kepercayaan akan narcistiknya tergoyahkan, atau di saat marah, merasa malu atau mengalami kehampaan.

3.             Dependent Active  (Histrionic)
Individu dengan kepribadian histerionik senantiasa berusaha memaksimalkan perlindungan dan pemeliharaan orang lain, dan untuk mencapai keberhasilan tersebut, individu sibuk memanipulasi, dan menampilkan aktivitas yang menggairahkan, serta melakukan berbagai manuver untuk mencari perhatian.
Individu dengan kepribadian histerionik, meskipun kehidupannya lebih mengarah pada orang lain, tetapi mereka tidak pasif. Bahkan aktif untuk memanipulasi orang lain untuk memperoleh perhatian, kebaikan hati orang lain, serta senantiasa berusaha untuk menghindari aktivitas yang tidak akan mendatangkan pengakuan dan perhatian orang lain.
Individu dengan kepribadian histerionik ini tidak pernah puas untuk mengejar afeksi. Perilaku sosialnya licik. Seringkali berusaha untuk menonjolkan kepercayaan dirinya, meskipun sesungguhnya sebagai upaya untuk menyembunyikan ketakutan akan ketahuan aslinya, sebagai individu yang ingin memperoleh penerimaan dan pengakuan orang lain.
Etiologi : anak-anak yang sedikit memperoleh punishment dan sangat banyak memperoleh reward.
Tindakan-tindakan yang diekspresikan : afektif: menunjukkan reaksi yang sangat berlebihan, cenderung mencari stimulasi dan perhatian orang lain melalui tindakan impulsivitas; menunjukkan kemampuan berfikir rendah, reaksi-reaksi lebih bersifat teatrikal, dan menunjukkan kegemaran untuk memperoleh kegembiraan sesaat, maupun mencapai keuntungan dan kesenangan yang cepat.
Perilaku interpersonal : genit : aktif mencari pujian dengan memanipulasi orang lain untuk memperoleh keuntungan yang dibutuhkan, atau untuk memperoleh ketentramam hatinya; individu ini cenderung mencari perhatian dan persetujuan orang lain; dia sangat bergantung pada orang lain, dan cenderung mendramatisasi diri, serta menunjukan kegairahan yang tinggi.
Kognitif style : bertingkah laku tidak karuan (flighty): menghindari instrospeksi atas perilakunya, dan lebih tertarik pada kejadian luar yang sesaat, dan dengan perhatian yang cepat berlalu; serta rendahnya kemampuan untuk mengintegrasikan pengalaman-pengalamannya yang diperoleh, sebagai akibat tidak terfokusnya perhatian terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapinya.
Mekanisme regulasi : disosiasi: mengatur tampilan dirinya dengan menciptakan suatu keberhasilan sosial yang atraktif, tetapi perubahannya berlangsung secara tiba-tiba: melalui pengalihan diri untuk menghindari dan mengintegrasikan pemikiran dan emosi yang tidak menyenangkan.
Self image : sociable: memandang diri mudah bergaul, menarik dan manis, menggambarkan citra diri sebagai teman yang menarik dan menyenangkan serta sibuk untuk membujuk orang lain dengan orientasi pada kehidupan sosial yang menyenangkan.
Gambaran tentang objek : swallow: menggambarkan kondisi internal yang sebagian besar tidak mendalam (superficial), serta afeks yang tidak menyatu dengan ingatan-ingatan, maupun konflik-konfliknya, serta lebih menuruti dorongan dan mekanisme yang tidak substansial.
Morphologic : disjoined: kemampuan menjalin relasi rendah, disertai kurangnya kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian dari proses-proses pengaturan dan pengendalian internal, untuk menahan impuls, maupun mengkoordinasikan pertahanan diri dan penyelesaian konflik-konflik yang seharusnya dilakukan; subyek gagal untuk memadukan serta menstabilkan pemikiran, perasaan dan tindakan-tindakannya; biasanya pikiran, perasaan, maupun tindakannya tidak saling berhubungan.
Mood / temperamen : fickle: menunjukkan kehidupan yang dramatis dengan emosi yang dangkal; aktivitasnya berlebihan, tidak sabaran, mudah mencari perhatian dan mudah marah atau bosan.

4.             Dependent Passive  (Submissive)

Individu dengan kepribadian submissive menunjukkan usaha memperoleh kesenangan dan mengindari kesakitan, dengan cara selalu mengaitkannya dengan orang lain. Ia selalu membutuhkan dukungan dan perhatian dari lingkungan luar. Mereka akan merasa kehilangan afeksi dan perhatian, dan bahkan akan mengalami kecemasan atau kesedihan, jika tidak sesuai dengan orang lain.
Subyek menunjukkan perasaan rendah diri, dan tidak memiliki kemampuan untuk penegasan diri. Hal ini akibat dari pembelajaran sebelumnya, di mana dia memperoleh reward dari lingkungannya, dengan tidak dipersiapkan untuk meningkatkan keterampilan diri, dan bahkan lebih banyak diarahkan untuk menyesuaikan diri dengan orang lain. Mereka lebih banyak belajar untuk memperoleh perlindungan dan rasa aman dari sumber-sumber pemeliharaan.
Individu dengan kepribadian dependent pasif terbentuk dari lingkungan keluarga yang memberi perlindungan secara berlebihan. Akibatnya dia gagal untuk memperoleh kompetensi untuk kemandirian, serta gagal untuk membangun relasi yang adekuat dengan lingkungannya, sehingga subyek lebih banyak mengalah dari orang lain.
Etiologi : datang dari lingkungan keluarga yang sangat melindungi.
Tindakan-tindakan yang diekspresikan : merasa tidak kompeten: menampilkan suatu sikap yang sangat patuh dan pasif, kurang keberanian untuk penegasan diri, serta menunjukkan cenderung untuk menghindar dari tugas dan tanggung jawab sebagai individu dewasa.
 Perilaku interpersonal : submissive (patuh) : kebutuhan untuk menjadi bawahan dari orang yang kuat, cenderung akan mempertahankan figur otoritas sebagai tempat berlindung. oleh karena itu dia bersikap sangat patuh, dan selalu mengalah terhadap otoritas, dan dia selalu mencari ketentraman dengan mengorbankan dirinya.
Kognitif style : naive : mudah dipengaruhi, tidak memiliki kecurigaan terhadap orang lain, mudah ditipu; subyek tidak menampakkan kesedihan yang mengarah pada kesulitan dalam relasi interpersonalnya. subyek menunjukkan kelemahan di dalam menghadapi permasalahan-permasalahan obyektif, sehingga permasalahan kecil yang dihadapinya sering secara berangsur-angsur menjadi semakin sulit.
Mekanisme regulasi : introjection: menunjukkan ketergantungan pada orang lain ; dalam arti untuk memperkuat keyakinan diri, serta meningkatkan eksistensinya dengan cara membuang jauh-jauh persepsinya kearah individu independent, serta menghindari untuk membuka konflik dan pertentangan dengan orang lain, di dalam relasi sosialnya.
Self image : merasa tidak tepat: memandang diri sebagai orang yang lemah, mudah pecah, tidak adekuat, disertai kepercayaan diri yang lemah, dan merasa diri tidak kompeten.
Gambaran tentang objek : immature : gambaran internalnya ditandai dengan gagasan-gagasan sederhana, serta ingatan-ingatan yang tidak lengkap, serta dorongan-dorongan yang kurang sempurna, disertai impuls-impuls kekanak-kanakannya. Di samping itu, individu tersebut menunjukkan sedikit kompetensi untuk mengatasi dan menyelesaikan stres-stres yang dihadapinya.
Morphologic : inchoate: untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, serta tugas-tugasnya sebagai seorang dewasa, dia akan menggantungkan tanggung jawabnya terhadap orang lain; kemampuan mekanisme internal maupun kemampuan mengatur kendali serta beragam proses adaptasinya tidak berkembang dengan baik; demikian pula subyek tidak menunjukkan kemampuan untuk membeda-bedakan permasalahan yang dihadapi, serta fungsi dari sistem untuk menjadi pribadi independet tidak berkembang.
Mood / temperamen : pacific: tidak pemarah, tidak adanya sikap kompetitif; serta menunjukkan cenderung untuk menghindari ketegangan sosial maupun konflik-konflik interpersonal.

5.             Ambivalent Active  (Pasif-Agresif/Negatifistik)

Individu dengan kepribadian pasif agresif ini terombang-ambing diantara berorientasi pada diri (self) dan orang lain (the other). Pada satu saat mereka patuh terhadap aturan, namun di lain waktu menyimpang. Mereka terombang-ambing diantara merasa terjadinya penurunan nilai diri dan rasa bersalah. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya kegagalan untuk memenuhi harapan orang lain.
Individu dengan kepribadian pasif agresif ini menunjukkan sikap negativistik dalam bentuk keras kepala dan menentang untuk tunduk terhadap keinginan orang lain. Secara terbuka mereka mengalami konflik yang tidak henti-hentinya antara kepatuhan pada satu saat dan tindakan agresi maupun menyimpang di lain waktu. Penampilan perilaku ambivalence sebagai pencerminan dari pola yang tidak menentu diantara kemarahan dan keras kepala, bercampur dengan rasa salah dan rasa malu.
Etiologi : parental inconsistency ; dalam bentuk berubah-ubah dari hostility dan rejection pada satu saat dan pada saat lainnya afeksi dan cinta kasih.
Tindakan-tindakan yang diekspresikan : keras kepala : menentang harapan dan keinginan orang lain, banyak menunda aktivitasnya, tidak efisien dan tidak menentu, perilakunya sering menjengkelkan, menunjukkan kepuasan yang tidak bermoral, aspirasi dan kesenangan dengan memanipulasi orang lain.
Perilaku interpersonal : bertentangan : mengalami banyak konflik dan sering berubah-ubah peran di dalam relasi sosialnya, kadang-kadang terlihat dependent dan kadangkala dengan tegas menampilkan diri sebagai individu independent. kurang toleransinya terhadap orang lain, mudah mengekspresikan sikap negatif atau sikap bertentangan dengan orang lain.
Kognitif style : negativistik: menunjukkan sikap sinis , skeptis, dan kejadian-kejadian positif tidak dapat dipercaya, tidak diyakini, dan memandang masa depan dengan penuh keragu-raguan, serta memandang kehidupan orang lain dengan penuh kebencian, serta kecenderungan untuk mengekspresikan penghinaan dan sindiran yang pedas untuk memperoleh keuntungan yang baik bagi dirinya.
Mekanisme regulasi : displacement : mengekspresikan kemarahan dan permasalahan emosi terhadap orang lain secara tidak langsung atau melalui cara menghasut, yang secara signifikan kemarahan menjadi lebih lemah kadarnya; atau mengganti kemarahan dengan berperilaku pelupa atau menunjukkan kemalasan.
Self image : discontented : melihat diri sebagai orang yang tidak dipahami, tidak dihargai, dan direndahkan oleh orang lain, menunjukkan kebencian, dan ketidakpuasan, serta kekecewaan terhadap kehidupannya.
Gambaran tentang objek : oposisi : menggambarkan kondisi internal dengan kecenderungan-kecenderungan yang saling bertentangan secara kompleks; kondisi ini telah mendorong tindakan-tindakan yang tidak wajar sebagai kekuatan dari impuls-impuls ketidaksetujuan yang terpolakan dengan meniadakan pencapaian dan kesenangannya dengan memanipulasi orang lain.
Morphologic : divergent : pola dari elemen-elemen internal untuk kepentingan coping dan manuver pertahanan diri yang secara langsung mengarah pada tujuan yang bertentangan, sebagai akibat dari banyaknya konflik yang tidak dapat diselesaikan secara terpadu untuk memenuhi dorongan atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak dapat diabaikan atau tidak dapat diputarbalikan.
Mood / temperamen : irritable; ditandai oleh: seringnya membandel, keras kepala, dan mudah marah, diikuti oleh sifat yang mendongkol, moody: cerewet, tidak sabaran, mudah kecewa oleh orang lain.

6.             Ambivalent Passive  (Obsesif-Compulsif)
Individu dengan kepribadian obsesif kompulsif secara konsisten menunjukkan sikap hormat dan menunjukkan kepatuhan yang tinggi di dalam relasi interpersonalnya. Perilaku mereka sangat hati-hati, ragu-ragu, pasif, patuh terkendali, dan adanya keharusan untuk melakukan sesuatu dengan sempurna. Individu dengan kepribadian ini sesungguhnya mengalami konflik antara rasa permusunan terhadap orang lain dan ketakutan untuk tidak memperoleh persetujuan dari orang lain, konflik yang dihadapinya tidak hanya dalam usaha menekan kemarahannya, tetapi diekspresikan dalam bentuk menyesuaikan diri secara berlebih-lebihan terhadap lingkungannya. Biasanya mereka memiliki pengalaman pemaksaan dan disiplin yang keras, tetapi hanya ketika mereka melakukan pelanggaran, dan tidak memenuhi harapan orang tua.
Individu dengan kepribadian ini berada dalam kondisi konflik antara keinginan yang kuat untuk melawan serta merealisasikan perasaan dan impuls-impulsnya, kebutuhan untuk menghindari intimidasi dan hukuman yang telah mereka pelajari sebelumnya. Berdasarkan etiologinya individu dengan kepribadian ini telah terintimidasi dan kekerasan dalam menerima standar tentang aturan yang terpaksa mereka peroleh dari orang lain.
Etiologi : orangtua yang overcontrol dengan senantiasa menekankan pada hukuman.
Tindakan-tindakan yang diekspresikan : disiplin: kegiatannya teratur, mengulang-ulang aktivitasnya dengan pola yang teratur, menunjukkan kesetiaan yang berlebihan terhadap aturan, serta melakukan aktivitas dengan sempurna.
Perilaku interpersonal : penuh rasa hormat: menampilkan kesetiaan yang berlebihan, lebih menyukai sopan santun, relasinya formal dan menunjukkan pribadi yang baik.
Kognitif style : constricted: memandang dunia yang terbangun di dalam pemikiran-pemikirannya dengan istilah aturan-aturan, regulasi-regulasi, jadwal-jadwal, yang secara teratur dan bertingkat, tanpa imajitatif, dan keragu-raguan, terutama kekhawatiran dirusak oleh sesuatu yang tidak dikenalnya atau ideal-idea dan adat istiadat baru.
Mekanisme regulasi : reaksi formasi: mengulang-ulang pemikiran, serta secara sosial perilakunya dapat dihargai sebagai individu dengan disiplin tinggi, yang secara diametrik terjadinya pertentangan yang begitu mendalam antara kemarahan atas larangan dan kecemasan terhadap orang lain, dengan menampilkan sesuatu perilaku yang dinilai layak ditampilkan di lingkungan sekitarnya.
Self image : conscientious; melihat diri sebagai orang yang rajin, dapat dipercaya, teliti, efisien; takut berbuat kesalahan atau penilaian yang berlebihan pada diri yang ditampilkan dengan disiplin, kesempurnaan, kebijaksanaan, dan kesetiaan.
Gambaran tentang objek : conceal (tersembunyi): menggambarkan kondisi internal yang berkaitan dengan afeks, sikap, dan kegiatan yang dalam konteks dengan persetujuan dari lingkungan sosialnya, yang mengizinkannya untuk mengekpresikan perilakunya, serta kepuasannya yang dihasilkan dari regulasi yang sangat tinggi, berusaha untuk menghambat dan mengendalikan impuls-impuls yang dilarang, membuat ikatan yang lebih erat antara pribadi, disertai penyangkalan atas konflik-konfliknya di bawah kendali yang sangat kuat.
Morphologic : compartmentalized struktur psikis rigid, serta terorganisasikan ke dalam sistem yang dikonsolidasikan dengan sangat ketat, dalam sejumlah sekat-sekat yang konstalasi terpisah antara dorongan, ingatan, dan kognisi, dengan hanya sedikit membuka saluran yang dapat diijinkan diantara komponen-komponen tersebut.
Mood / temperamen : solemn: tidak relax, tegang, serta kehilangan kesenangan dan sering cemberut; perasaan kehangatan terhambat dan mengambil banyaknya emosi di bawah kendali yang sangat ketat.

7.             Detached Active  (Avoidant)

Individu dengan kepribadian ini mengalami kesenangan sedikit, lebih banyak kesedihan dan penderitaan, sedikit mengalami kegembiraan. Individu dengan kepribadian ini merasa kehilangan kompetensi dan harga diri, serta memiliki sedikit kemampuan dalam menghadapi permasalahan yang kompleks, serta senantiasa bersiaga untuk menghindari kesakitan dan penghinaan.
Pertama : kemungkinan bersifat neurologis dan psikokimiawi yang memaksimalkan kesedihan dan meminimalkan kesenangan. Biasanya hal ini berkaitan dengan sistem limbik. Kedua: sebagai akibat dari penolakan, sehingga subyek menunjukkan kepekaan yang sangat tinggi terhadap kecemasan dan kesakitan secara psikis.
Individu dengan kepribadian ini, kemungkinan telah belajar secara berulang-ulang dari lingkungan sebelumnya, sehingga dia senantiasa mengantisipasi dan memperluas pikirannya untuk melakukan strategi menghindar untuk memperkecil pengalaman negatif terulang.
Etiologi : datang dari lingkungan keluarga yang menolak dan sering mencela.
Tindakan-tindakan yang diekspresikan : memandang lingkungan dengan penuh kehati-hatian, karena lingkungan sosial dipandang secara potensial akan mendatangkan ancaman, terutama karena adanya kekhawatiran dirinya akan dicemoohkan, oleh karena itu ia akan bereaksi secara berlebihan terhadap kejadian-kejadian yang sesungguhnya tidak membahayakan.
Perilaku interpersonal : subyek memiliki riwayat kecemasan yang berlebihan disertai ketidakpercayaan yang tinggi terhadap orang lain; namun disisi lain mengharapkan adanya penerimaan diri dari lingkungan, akan tetapi individu yang bersangkutan senantiasa akan menjaga jarak dan privasinya dengan orang lain; tindakan tersebut sebagai bentuk antisipasi dan kekhawatiran untuk memperoleh penghinaan dari orang lain.
Kognitif style : subyek sangat terpaku terhadap kesulitan-kesulitan yang dialaminya; pikiran-pikirannya mudah kacau, jalan berpikirnya seringkali tidak relevan, gagasan-gagasan yang dimunculkan sering menyimpang, meskipun kesimpulan yang diperolehnya berangkat dari hasil komunikasi dengan lingkungan sosialnya.
Mekanisme regulasi : fantasi : bergantung secara berlebihan pada imajinasi untuk mencapai kepuasan maupun untuk penyelesaian konflik-konflik yang dialaminya: dalam arti dia berusaha untuk memperoleh rasa aman dan pengendalian impuls-impuls agresi ke dalam angan-angan.
Self image : alienated ; terlihat sebagai seseorang yang terisolasi dan merasa ditolak oleh orang lain; terjadi penurunan kemampuan penilaian diri, serta mengalami perasaan kesendirian dan kekosongan, dan terjadinya depersonalisasi.
Gambaran tentang objek : veatious : menggambarkan kondisi internal yang mengalami ingatan-ingatan yang bertentangan, disertai terbatasnya kesempatan untuk memperoleh kepuasan, serta sedikitnya kemampuan mekanisme untuk mengalihkan kebutuhan-kebutuhannya, serta lebih dibutakan oleh impuls-impulsnya, daripada kemampuan untuk penyelesaian konflik atau menghindari dari tekanan eksternal.
Morphologic : fragile : terjadi kompleksitas atas emosi-emosi yang membahayakan yang berlangsung secara berulang-ulang, dengan modalitas dan kemampuan pemecahan masalah yang terbatas; dalam arti pada saat menghadapi masalah biasanya dilakukan dalam bentuk menghindar, menjauhi, atau melalui fantasi. Oleh karena itu ketika dihadapkan pada situasi yang mendatangkan stres yang tidak terantisipasikan, subyek hanya memiliki sedikit energi untuk mengatasinya, sehingga subyek akan dengan mudah subyek mengalami regresi ke arah decompensasi.
Mood / temperamen : anguished : subyek menunjukkan diri sebagai orang yang mengalami kebingungan atas ketegangan-ketegangan yang terpendam, antara kesedihan dan kemarahan, serta keinginan untuk memperoleh afeksi, serta ketakutan akan kekasaran dan kekerasan dari orang lain.

8.             Detached Passive  (Schizoid)

Individu dengan kepribadian schizoid menunjukkan polarisasi yang sangat lemah untuk memperoleh kesenangan maupun menghindari kesakitan. Mereka menunjukkan kapasitas energi yang lemah, sedikit berbicara, apatis, kebutuhan afeksi yang lemah, tidak bergairah, di dalam relasi sosial pasif, dan cenderung menjaga jarak. Individu dengan kepribadian schizoid menunjukkan kecenderungan yang sangat kuat ke arah a-sosial, tidak memiliki minat terhadap kesenangan pribadi ataupun kepuasan sosial. Serta menunjukkan ketidaksesuaian dengan lingkungan sosial.
Individu dengan kepribadian schizoid kemungkinan ada hubungannya dengan pengaruh konstitusi untuk mencari perhatian dan ketidakmampuannya untuk membedakan kejadian yang menyenangkan atau menyakitkan. Kemungkinan kedua, diakibatkan sebagai konsekuensi dari kehilangan stimulasi makanan yang diperlukan pada masa sebelumnya, sehingga menghambat kematangan motivasi atau kapasitas emosionalnya.
Etiologi : iklim relasi dalam keluarga bersifat formal, dingin, tidak menunjukkan kedekatan diantara masing-masing anggota keluarga, tidak ada saling hubungan diantara sesama anggota keluarga.
Tindakan-tindakan yang diekspresikan : lesu, lelah, lemah, kurang vitalitas, plegmatis, lamban, tampak terjadi penurunan pada kemampuan aktivitasnya, ekspresi motorik berlangsung secara spontan.
Perilaku interpersonal : menjauh dari orang lain : terlihat bersikap acuh tak acuh terhadap orang lain, dan bahkan cenderung utk menjauhkan diri dari orang lain; jarang menampilkan respons atau perasaannya terhadap orang lain; minat terhadap orang lain sangat minim; rendah diri, hanya sedikit memiliki relasi dengan orang lain, termasuk dengan keluarga maupun di lingkungan kerja relasi sangat dangkal.
Kognitif style : miskin secara kognitif : terjadinya penurunan kemampuan di bidang kognisi; dalam arti memiliki kemampuan rendah yang untuk dpt memahami berbagai peristiwa yang samar-samar (ambigue). Proses berfikir tidak jelas, disertai tingkat intelektual rendah. Komunikasi mudah tergelincir dan kehilangan keruntutan berpikir termasuk terhadap persoalan yang mudah. Bahkan sering berputar-putar pada penjelasan yang tidak logis.
Mekanisme regulasi : intelektualisasi : relasi interpersonal dan pengalaman afektif sangat sederhana, ambigue, dan bersifat impersonal atau pemaknaan lebih mekanis; perhatiannya lebih terarah pada peristiwa sosial atau emosional yang bersifat formal dan obyektif.
Self image : complacement : kesadaran diri dan kemampuan introspeksi minimal, secara emosional tidak mampu untuk mengekspresikan emosi maupun pribadinya pada kehidupan sosial sehari-harinya.
Gambaran tentang objek : undifferented ; memiliki sedikit kemampuan artikulasi, tidak memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan kemampuan pengamatan dan ingatan secara dinamik di dalam mengatasi dorongan maupun konflik-konflik sebagaimana halnya pada individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik.
Morphologic : meager : menggambarkan kondisi internal yang lemah, dengan dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan diri lemah, disertai kemampuan untuk mengatasi konflik-konflik internal lemah, demikian pula lemah di dalam mengatasi tuntutan eksternal, dengan kemampuan koordinasi dan usaha yang terbatas.
Mood / temperamen : flat : emosi hambar, dingin, dengan kualitas perasaan yang miskin; afek lemah, jarang menunjukkan kehangatan, disertai ketidakmampuan untuk mengalami kesenangan, atau kesedihan, dan kemarahan yang mendalam.
  



Miillon, T., Grossman, S., Millon, C., Meagher, S. & Ramnath, R. (2004). Personality Disorders in Modern Life. New Jersey : Wiley
Millon, Theodore. 1969. Modern Psychopathology : A Biosocial Approach To Maladaltive Learning And Functioning. Philadelphia : W.B. Saunders Company


www.millonpersonality.com
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar