Menurut Millon, psikologi telah memiliki berbagai
macam perspektif, mulai dari psikodinamika, interpersonal, kognitif, maupun
biologi. Saat berhubungan dengan ilmu lain, dalam psikologi akan muncul
berbagai pandangan yang baru. Pada akhirnya setiap perspektif tersebut berusaha
untuk mendominasi dunia sains psikologi. Dalam psikologi telah terdapat berbagai teori kepribadian yang berdiri
sendiri dan
terkadang tercampur aduk namun tetap memiliki berbagai kekurangan untuk menjelaskan dan
melihat kepribadian secara utuh. Hal yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan
permasalahan ini adalah menciptakan teori yang melihat kepribadian sebagai pola
dari berbagai variable pada diri seseorang. Teori yang dibentuk jangan menjadi
suatu perspektif yang baru. Melainkan, teori yang menciptakan dan mengembangkan
sistem klasifikasi kepribadian dan gangguan, yang secara khusus merupakan
integrasi dari berbagai pandangan besar yang telah muncul sebelumnya. Seperti
yang telah diketahui sebelumnya, kepribadian adalah interaksi dari berbagai
domain pada diri. Secara logika, teori kepribadian yang dibangun harus bisa
mencakup dan memandang kepribadian secara luas dan integratif seperti konstruk
kepribadian itu sendiri. Kunci dari membentuk teori yang seperti itu adalah
dengan menemukan dan mengorganisasi prinsip-prinsip yang ada diluar bidang
kepribadian (Millon, 1990).
Bentuk patologis fungsi manusia
ditafsirkan oleh Millon sebagai gangguan atau ketidakseimbangan, pada mereka
prinsip-prinsip evolusi ini mendorong fungsi bertahan hidup dan adaptasi
ekologis. Dengan demikian Millon menjelaskan
kepribadian melalui pendekatan Biososial. Biososial
adalah suatu pendekatan psikologi yang berusaha memahami perilaku sosial dengan
cara mengaitkan dengan gejala-gejala biologis. Ada tiga
polarisasi yang mendasari terjadinya perilaku.
TIGA POLARISASI
Berdasarkan hukum dasar
evolusi, Millon mendeskripsikan inti dari “tujuan memotivasi” menjelaskan
tentang biologi evolusi dan hubungannya dengan kepribadian. Dua kombinasi yang
berbeda dari tujuan memotivasi ini, kemudian, menghasilkan kepribadian yang unik.
Tujuan motivasi utama disusun dari tiga polarisasi: Existence, Adaptation, and
Replication.
a.
Fondasi Evolusi Kepribadian
1. Existence: The Pleasure-Pain Polarity
Bertahan Hidup: Melestarikan atau Meningkatkan Kualitas Kehidupan (Polaritas Pain – Pleasure).
Bertahan Hidup: Melestarikan atau Meningkatkan Kualitas Kehidupan (Polaritas Pain – Pleasure).
Tugas pertama bagi setiap organisme adalah untuk bertahan hidup.
Organisme yang gagal untuk bertahan hidup akan musnah serta akan gagal
mengkontribusikan gen dan karakteristik mereka pada generasi selanjutnya.
Mekanisme evolusi yang terkait dengan tugas bertahan hidup adalah bagaimana
cara organisme meningkatkan kualitas hidup (pleasure)
atau melestarikan kehidupan (pain).
Meningkatkan kualitas hidup adalah terkait dengan meningkatkan kualitas hidup
organisme dan menunjukan perilaku-perilaku yang bertujuan untuk meningkatkan
kesempatan bertahan hidup. Sementara melestarikan kehidupan adalah dimana
organisme menunjukan perilaku yang menjauhi perilaku dan lingkungan yang
mengancam kesempatan mereka untuk bertahan hidup. Mekanisme tersebut disebut
juga dengan polaritas terhadap pleasure atau
pain.
Pengalaman yang dialami dan dianggap sebagai sesuatu yang menyenangkan (pleasureable) secara umum diulangi untuk
meningkatkan kemampuan seseorang bertahan hidup. Sementara pengalaman yang
dialami dan dianggap sebagai sesuatu yang menyakitkan (pain) atau secara umum dapat membahayakan kelangsungan hidup
cenderung tidak akan diulangi lagi. Organisme yang terus menerus mengalami
pengalaman yang menyakitkan atau gagal untuk mengulangi pengalaman yang
menyenangkan tidak akan dapat bertahan lama.
Seperti yang telah dijelaskan, mekanisme evolusi yang terkait dengan
tahap ini adalah proses melestarikan hidup dan meningkatkan kualitas hidup.
Kedua proses superordinat ini bisa juga disebut dengan istilah “tujuan hidup (existensial aims). Pada level abstraksi
yang lebih tinggi kami akan menyebut hal ini dengan istilah polaritas pleasure – pain. Kebanyakan manusia cenderung menunjukan kedua proses
tersebut, ada individu yang berorientasi terhadap meningkatkan kualitas hidup
dan ada mereka yang berorientasi terhadap menghindari rasa sakit. Tetapi
walaupun demikian, sebagian individu ada yang memiliki kecenderungan konflik
terkait kedua polaritas ini, dan sebagian lagi kurang menunjukan kecenderungan
terhadap dua polaritas tersebut.
2. Adaptation: The Active-Passive
Polarity. Adaptasi: Mengakomodasi
Lingkungan atau Memodifikasi Lingkungan (Polaritas Passive – Active)
Tugas evolusi kedua yang harus dilakukan oleh setiap organisme adalah
adaptasi. Untuk hidup maka organisme harus hidup dalam suatu lingkungan.
Organisme harus beradaptasi terhadap apa yang ada disekelilingnya atau membuat
apa yang ada disekelilingnya menyesuaikan diri dan mendukung fungsi-fungsi
mereka. Setiap organisme harus mampu memuaskan kebutuhan-kebutuhan mereka
seperti kebutuhan akan nutrisi, keamanan, dan kasih sayang. Secara umum,
lingkungan bisa menjadi sesuatu yang memuaskan kebutuhan atau menghambat
kebutuhan tersebut. Sehingga, pilihan yang ada untuk setiap organisme adalah
untuk menjadi organisme yang passive atau
active. Pilihan bagi organisme adalah
untuk mengakomodasi lingkungan yang sudah ada dan menerima apa yang diberikan
oleh lingkungan, atau memodifikasi dan mengintervensi lingkungan sehingga
lingkungan sesuai dengan kebutuhan organisme. Mode adaptasi ini berbeda dengan
tugas evolusi yang pertama, mode adaptasi lebih berbicara mengenai bagaimana
organisme bisa bertahan hidup.
Individu-individu yang memiliki polarisasi active, berperan sebagai agen perubahan. Mereka cenderung
memodifikasi lingkungannya sesuai dengan keinginan mereka. Sementara
individu-individu yang memiliki polarisasi passive,
mereka cenderung mengakomodasi apapun yang diserahkan lingkungan untuk mereka,
daripada merubah apa yang telah ada, mereka yang polarisasinya passive akan cenderung mencari
lingkungan baru yang lebih sesuai dengan mereka ketika lingkungan yang mereka
tempati cenderung bermasalah.
3. Replication: The Self-Other Polarity. Replikasi : Memelihara Reproduksi atau Memperbanyak Reproduksi (Polaritas Other – Self)
3. Replication: The Self-Other Polarity. Replikasi : Memelihara Reproduksi atau Memperbanyak Reproduksi (Polaritas Other – Self)
Tugas evolusi ketiga yang harus dilakukan oleh setiap organisme adalah
gaya reproduksi, mekanisme sosiobiologi yang penting pada tugas ini adalah
bahwa setiap gender memaksimalkan perannya untuk mempertahankan gennya. Setiap
organisme harus bereproduksi untuk berevolusi. Mekanisme ini yang oleh para
ahli biologis disebut sebagai strategi r; dimana tujuan bereproduksinya adalah
memproduksi keturunan yang banyak, yang mana kemudian ditinggalkan untuk
bertahan hidup menghadapi tantangan perubahan atau takdir. Sementara mekanisme
lain disebut dengan strategi K. dimana organisme hanya memiliki sedikit
keturunan tetapi diberikan perhatian lebih oleh orang tua mereka. Walaupun
perbedaan individual selalu ada, tetapi kedua mekanisme ini bisa dikelompokan
menjadi dua mekanisme yaitu mekanisme yan cenderung male self-oriented dan female
- other nurturing strategies. Secara psikologis, strategi male self-oriented cenderung lebih
egois, tidak sensitive, tida peka, dan tidak peduli; sementara strategi female - other nurturing oriented
dianggap lebih berafiliasi, intim, protektif, dan mementingkan untuk berkumpul
dengan yang lain. (Gilligan, 1981; Rushton, 1985; Wilson, 1978 dalam Millon,
2004).
Sebagai tambahan dari ketiga polaritas yang telah dijelaskan sebelumnya.
Pada teori ini juga dijelaskan individu-individu yang mengalami ambivalensi
terkait polaritas pain-pleasure dan self-other. Sebagai contoh pada
individu-individu yang menunjukan kepribadian kompulsif dan negatifistik. Mereka
memiliki masalah dalam memberikan prioritas terhadap diri mereka terlebih
dahulu atau terhadap orang lain.
b. Fondasi Neurodevelopmental Kepribadian
1. Tahap 1 : Sensory-Atachment
Tahun-tahun petama kehidupan seseorang selalu didominasi oleh
proses-proses sensori, fungsi dasar pada perkembangan yang membuat bayi dapat
membangun susunan dasar dari stimulus yang dialaminya didunia, terutama dasar
untuk membedakan objek-objek yang pleasureable
dan objek-objek yang painful. Periode ini juga disebut dengan periode attachment karena bayi tidak bisa
bertahan dan harus menggantungkan dirinya pada orang lain yang melindungi,
mengasuh, dan menstimulasi mereka.
2. Tahap I1 : Sensorimotor - Autonomy
Pada tahap sensorimotor-autonomy,
fokusnya berpindah dari keberadaan menjadi keberadaan pada lingkungan. Jika
dilihat dari perspektif evolusionari, anak pada tahap ini belajar mode
adaptasi, apakah dia memiliki kecenderung memodifikasi lingkungan –polarisasi
aktif-, atau menjadi seseorang yang memiliki kecenderungan untuk mengakomodasi
lingkungan –polarisasi pasif-. Ketika seseorang beradaptasi secara aktif mereka
memiliki disposisi untuk mengambil inisiatif dalam membentuk kejadian-kejadian
dalam kehidupan mereka. Sementara mereka yang beradaptasi secara pasif
cenderung menjadi seseorang yang menunggu sesuatu terjadi dan menerima apa yang
telah diberikan. Anak-anak yang merasa aman akan cenderung mengeksplorasi
lingkungan mereka tanpa harus takut terpisah dari figur kelekatannya. Sementara
anak-anak yang tidak merasakan hal tersebut cenderung akan tetap dekat dengan
pengasuh mereka, dan menjadi seseorang yang pasif.
3. Tahap I1I : Intracortical-Reproductive Identity
Pada usia 11-15 tahun, seseorang akan merasakan berbagai perubahan
hormon yang membuat keadan psikis mereka tidak nyaman. Perubahan-perubahan ini
terlihat ketika pubertas dan diawali dengan munculnya
karakteristik-karakteristik yang berkaitan dengan gender, dimana mereka
mempersiapkan diri mereka untuk melakukan strategi r atau strategi K. Pada usia
ini juga ditandai dengan perubahan fitur anatomi, suara, pembawaan, serta
impuls-impuls seksual. Strategi-strategi ini secara psikologis di ekspresikan
pada tingkat abstraksi yang lebih tinggi, dalam bentuk orientasi terhadap diri
dan orientasi terhadap orang lain. Disini laki-laki bisa digambarkan sebagai
lebih dominan, imperial, dan serakah, sementara wanita dianggap lebih komunal,
mengasuh, dan menghormati orang lain. Teori kelekatan dan model evolusionari
mengakui pentingnya konstruk self dan other. Dari perspektif kelekatan,
konstruk ini menggambarkan tahap awal dari hubungan interpersonal.
c.
Domain Kepribadian
Teori evulosionari menawarkan beberapa macam polarisasi pada tahapan
perkembangan dan tingkatan isi. Pertama polarisasi yang muncul dari fungsi
kepribadian, seperti keinginan bertahan hidup dan adaptasi. Kedua adalah
tahapan neurodevelopmental yang berjalan pararel dengan proses evolusi. Ketiga
adalah konten dari karakteristik kepribadian. Pada bagian ini kita akan
menggambarkan perbedaan antara fungsi dan struktur yang ada pada bidang
biologis dan yang ada pada bidang psikologis. Dalam biologi, sebagai contoh
anatomi tangan terdiri dari tulang, otot, dan syaraf yang memiliki fungsi untuk
memanipuasi. Sama seperti halnya pada yang sifatnya biologis, hal-hal yang
bersifat psikologis juga memiliki structural
domains dari kepribadian yang menjadi dasar pada berfungsinya functional domains dari kepribadian,
yaitu perilaku, cara bersosialisasi, proses kognitif, dan mekanisme yang tak
disadari. Berikut adalah bagan yang memperlihatkan hubungan antara kepribadian,
perspektif, dan domainnya. Serta penjelasan singkat mengenai domain-domain
tersebut.
1. Expressive Acts
Konsep dari traits merujuk
pada perilaku konsisten yang muncul pada berbagai situasi, oleh karena itu expressive acts bisa diartikan sebagai
perilaku diskrit dimana traits diekspresikan. Expressive act dalam sisi paling extrim bisa merujuk pada
perspektif stimulus respon yang dulu lebih dikenal dengan nama perspektif
behavioralnya Watson dan Skinner.
2. Interpersonal Conduct
Functional domain ini diambil dari perspektif
interpersonal yang bersumber dari Sullivan dan dilanjutkan oleh Kiesler sera
Benjamin. Interpersonal Conduct berhubungan
dengan karakteristik seseorang dalam berelasi dengan orang lain, termasuk motif
yang mendasari perilaku berelasi, dampak terhadap orang lain –baik disengaja
maupun tidak, reaksi mereka terhadap orang lain, serta sikulus berelasi yang
diciptakan.
3. Cognitive Styles
Functional domain ini diambil dari persperktif
kognitif, mungkin perspektif kognitif yang paling dekat dengan yang digunakan
disini adalah perspektif yang dimunculkan oleh Shapiro (1965,1981). Cognitive styles merujuk distorsi
persepsi, bias perhatian, mekanisme penilaian, dan karakteristik dalam
memproses informasi yang didapat dari lingkungan psikososial.
4. Defense Mechanisms
Walaupun mekanisme dari
pertahanan diri, gratifikasi kebutuhan, dan penyelesaian masalah diakui pada
masanya, tetapi mekanisme tersebut pada dasarnya beroperasi pada tingkat
ketidaksadaran. Tujuan dari defense
mechanism adalah untuk melindungi kesadaran dari perasaan cemas yang
berlebihan. Walaupun demikian, defense
mechanism jarang muncul dalam kesadaran jika tidak dilakukan psikoterapi.
Beberapa defense mechanism cenderung
simple, yang lainnya rumit, dan berbelit-belit. Domain kepribadian ini pada
dasarnya berhubungan erat dengan perspektif psikodinamika.
5. Self-Image
Structural domain ini diambil dari perspektif
interpersonal, kognitif, dan psikodinamika. Pada tahapan perkembangan
seseorang, gelombang persepsi yang tidak terkoordinasi pada akhirnya membentuk
suatu urutan dan keberlangsungan. Konsep dari diri memberikan pandangan yang
stabil mengenai keberlangsungan dan kesamaan dari waktu ke waktu dari
pengalaman yang berbeda-beda. Walaupun seseorang pada satu tingkatan tertentu
tau “siapa mereka”, pada dasarnya setiap individu berbeda dalam kejelasan dan
akurasi mengenai persepsi terhadap diri mereka.
6. Object-Representations
Pengalaman pada masa awal
kehidupan bersama pengasuh meninggalkan jejak struktural pada ingatan, sikap,
dan emosi. Pengalaman-pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang tidak
tertanam dalam pikiran bahkan sebelum kesadaran akan diri muncul. Karena itu, object-representations dapat digambarkan
sebagai contoh utama yang digunakan seseorang dalam melakukan relasi
interpersonal dalam fase kehidupan yang selanjutnya. Individu akan meramalkan
pengalaman yang akan datang menggunakan contoh utama tersebut, kemudian
individu akan mempersepsi dan bereaksi terhadap pengalaman tersebut berdasarkan
contoh utama yang ada.
7. Morphological Organization
Domain ini merujuk pada
keseluruhan arsitektur dari pikiran dan diri. Bagian dalam dari psikis
seseorang bisa menunjukan kelemahan pada kohesi strukturnya, kekurangan pada
koordinasi antara komponennya, atau hanya memiliki sedikit mekanisme untuk
mempertahankan keseimbangan dan harmoni pada pikirannya, sedikit mekanisme
untuk meregulasi konflik internal atau memediasi tekanan dari luar. Organisasi
dari pikiran adalah konsep yang berasal dari perspektif psikodinamika.
8. Mood-Temperament
Walaupun hampir setiap orang
mengalami variasi pada reaksi emosi mereka, kebanyakan individu pasti memiliki
kecenderungan yang kuat terhadap reaksi emosi tertentu dibandingkan dengan yang
lain, sebuah potensi yang menunjukan mood mereka yang berlaku secara umum,
terkadang muncul karena kejadian dalam hidup tapi seringnya hal tersebut
memiliki disposisi biologis. Temprament memiliki hubungan yang sangat dekat
dengan mood, tetapi temperamen lebih baik diartikan sebagai total dari ikatan
antara biologis dan kepribadian. Karena fisik kita muncul sebelum domain
kepribadian muncul.
ATAU
ATAU
Domain Fungsional: Domain
ini, menurut Millon (2011), adalah proses ekspresif yang terjadi sebagai
transaksi coping antara individu dan lingkungannya. Mereka umumnya dapat
diamati sebagai tindakan yang dirancang untuk mengatur kehidupan di dalam dan
di luar. Mereka adalah sebagai berikut:
·
Emosi Ekspresif: Sebelumnya
dikenal sebagai "Kisah Ekspresif," ini adalah perilaku lahiriah yang
timbul dari keadaan afektif.
·
Perilaku Interpersonal: Kehidupan
relasional dan gaya interaktif individu. Ini dan emosi ekspresif yang
disebutkan di atas terdiri dari aspek perilaku kepribadian.
·
Gaya Kognitif: Kualitas dan isi
perhatian dan fokus yang dicirikan oleh orang tersebut, serta metodenya
mengatur dan menyintesis informasi dari lingkungan. Ini, bersama dengan citra
diri, terdiri dari fenomenologi seseorang.
·
Intrapsychic Dynamics:
Sebelumnya dikenal sebagai “Regulatory Mechanisms,” ini adalah proses internal
individu yang secara tidak langsung dapat diamati sebagai tindakan penyelesaian
konflik, kebutuhan gratifikasi, dan perlindungan diri. Ini sebagian besar
analog dengan "mekanisme pertahanan."
Domain Struktural: Millon (2011)
mendeskripsikan domain ini sebagai tempat yang lebih dalam dan lebih
"disetel" yang disematkan dalam kepribadian dan menyediakan
"platform" untuk domain fungsional. Ini tidak bisa diamati; oleh
karena itu, mereka sebagian besar dapat diakses oleh orang lain berdasarkan
inferensi dan laporan diri seseorang. Mereka adalah sebagai berikut:
·
Citra-Diri: Keserupaan atau perbedaan individu dibandingkan dengan orang
lain, dan refleksi orang tentang rasa diri sebagai objek.
·
Konten Intrapsik: Sebelumnya dikenal sebagai "Representasi
Obyek," Ini adalah harapan umum orang lain, seperti yang dicantumkan dari
pengalaman awal.
·
Arsitektur Intrapsik: Sebelumnya dikenal sebagai "Organisasi
Morfologi," ini adalah struktur pengorganisasian jiwa. Arsitektur batin
ini memberikan wawasan kepada kekuatan dan kohesi kepribadian. Ini, bersama
dengan konten dan dinamika, mewakili aspek intrapsikik dari kepribadian.
·
Mood / Temperamen: Domain ini menghubungkan substrat fisik tubuh dengan
cara kerja jiwa. Ini termasuk fungsi neuropsikologis, energi umum dan
karakteristik mempengaruhi, dan efek kesehatan fisik pada fungsi mental. Domain
ini, sendiri, mewakili aspek biofisik kepribadian.
TIPE KEPRIBADIAN MILLON
Dari polarisasi tersebut, Millon membagi jenis / tipe kepribadian
menjadi delapan bagian, yaitu
1. Independent Active (Antisosial)
Individu dengan kepribadian antisosial
menolak kesakitan. Motif-motifnya lebih terarah untuk mengalahkan orang lain,
cenderung bersikap skeptif, menunjukkan keinginan otonomi, dan tingginya
keinginan untuk balas dendam atas pengalaman masa lalunya yang diperlakukan
tidak adil. Dalam tindakannya tidak bertanggung jawab. Kegiatan-kegiatannya
lebih mengarah pada pembenaran dari anggapan bahwa orang lain tidak dapat
dipercaya dan tidak setia. Di dalam relasi sosialnya tidak peduli terhadap
orang lain, dan sering bertindak kejam.
Individu antisosial ini berbeda dengan narcistik. Pola
orientasinya lebih kearah perlindungan dan perlawanan. Perlindungan dalam
pengertian untuk menghindari pemusnahan atau pembinasaan orang lain. Perlawanan
selain mengandung arti kompensasi untuk membangkitkan reward pada diri sendiri,
tetapi sekaligus untuk mencari ganti rugi atas penghinaan masa lalu.
Fokus perhatian individu dengan kepribadian antisosial
semata-mata mencari keuntungan diri, kekuasaan, keinginan membalas dendam, keinginan
untuk mengeksploitasi dan merebut apa yang dimiliki orang lain.
Etiologi : anak-anak yang diabaikan, dan bahkan sering menunjukkan
sikap permusuhan.
Tindakan-tindakan yang diekspresikan : impulsif : tidak sabaran
dan pemarah, kegiatannya bersifat spontan dan tergesa-gesa, terburu-buru dan
spontan, berpandangan dangkal, tidak hati-hati, tidak memiliki perencanaan atas
aktivitasnya, dan perilakunya tanpa mempertimbangkan alternatif maupun
konsekuensi yang lebih jauh atas tindakannya.
Perilaku interpersonal : tidak bertanggung jawab : s tidak
dapat dipercaya, gagal dlm mengambil tanggung-jawab sebagai pribadi dalam
setting perkawinan, sebagai orang tua, sebagai pekerja, atau hal yg berkaitan
dengan finansial, aktif memperlihatkan suatu tindakan kekerasan dan pelanggaran
hukum.
Kognitif style : deviant : memandang dan menafsirkan
kejadian-kejadian di dalam hubungannya dengan orang lain secara tidak bermoral,
dan cenderung menghina dan mengabaikan aturan-aturan sosial yang berlaku.
Mekanisme regulasi : acting out : subyek akan semakin
meningkat ketegangan-ketegangannya, jika menangguhkan untuk mengekspresikan
pemikiran-pemikiran dalam bentuk menyerang orang lain atau mengekspresikan
kedengkian terhadap orang lain; secara sosial impuls-impuls buruk pada diri mereka
tidak dapat diubah ke dalam bentuk sublimasi, tetapi lebih mudah untuk
diekspresikan secara langsung, tanpa disertai rasa salah.
Self image : otonom : memandang diri sebagai orang
yang terkekang oleh kebiasaan-kebiasaan sosial maupun kesetiaan untuk pengendalian
pribadinya; mereka menilai citra diri dan kesenangannya kearah kebebasan, dan
tidak merasa terbebani, atau terikat oleh seseorang, oleh tempat, atau tanggung
jawab, kegiatan-kegiatan rutin lainnya.
Gambaran tentang objek : rebellious : menggambarkan kondisi
internal yang bercampur baur antara pembalasan, perasaan dendam dan
impuls-impuls kegelisahan; kondisi inilah yang telah mendorong mereka untuk
membantah adat-istiadat atau kebudayaan yang tidak dapat dipungkirinya, serta
mereka menunjukkan cenderung untuk merendahkan nilai-nilai sosial, dan
menyangkal nilai-nilai sosial yang dihasilkan masyarakat.
Morphologic : unbounded : mengambarkan kondisi internal untuk
melakukan pertahanan diri atas kekurangan-kekurangannya dengan sikap dan dorongan
yang sangat kuat untuk melanggar aturan, disertai ambang toleransi frustrasi
yang rendah, dan sedikit kemampuan sublimasi untuk mengekspresikan pengekangan
diri.
Mood / temperamen : callous : ditunjukan dengan sifat-sifat tidak
sensitif, tidak adanya empatik, berdarah dingin, tidak ramah, tidak adanya
penyesalan, kasar dan tidak sopan, kejam, tidak peduli terhadap kesejahteraan
orang lain.
2.
Independent Passive (Narcistik)
Individu dengan kepribadian narcistik
menunjukkan kepercayaan terhadap diri sendiri yang tinggi. Berusaha untuk
mengejar kesenangan dan menghindari kesakitan dengan mengarahkan pada diri
sendiri. Memiliki self-image sebagai individu superior, dan mengarahkan
reward dan kepuasan sangat tinggi terhadap diri sendiri.
Individu narcistik ini lebih banyak melambungkan perasaan
diri berharga. Namun rasa percaya diri dan superioritasnya dibangun di dalam
suatu premis yang keliru. Artinya tidak didukung oleh kenyataan. Individu
dengan kepribadian narcistik ini memiliki pengalaman belajar sebelumnya yang
menilai dirinya secara berlebihan.
Etiologi : orangtua yang memberikan penilaian yang berlebihan dan
memperturutkan keinginan si anak.
Tindakan-tindakan yang diekspresikan : arogan : memiliki
kecenderungan untuk mencemooh aturan-aturan sosial yang berlaku, menunjukkan
ketidakpedulian serta acuh tak acuh terhadap integritas personal, serta sering
mengabaikan kebenaran orang lain.
Perilaku interpersonal : ekloitatif : merasa diri hebat
(bergelar), kurang empatik dan mengharapkan penghargaan tanpa menerima tanggung
jawab secara timbal balik, tak tahu malu untuk mengakui dan menggunakan orang
lain untuk meningkatkan diri dan memperturutkan keinginan-keinginannya.
Kognitif style : expansive : terpaku dengan
fantasi-fantasi yang tidak matang atas kesuksesannya, maupun keindahan atau
kecantikannya, dan melihat realitas obyektif dengan mendasarkan ilusi diri.
Mekanisme regulasi : rasionalisasi : menipu diri dan
berpikir secara mudah untuk mencari alasan-alasan yang masuk akal untuk
membenarkan perilaku sosialnya; dengan mencari alibi, serta untuk menempatkan
dan memusatkan perhatian pada dirinya sebagai individu yang terbaik, meskipun
dalam kenyataannya kurang atau mengalami kegagalan.
Self image : admirable : menampilkan kepercayaan diri tinggi,
kegiatan-kegiatannya lebih dimaknakan untuk melindungi diri dengan menampilkan
prestasi; menunjukkan perasaan harga diri tinggi, meskipun dilihat keberadaanya
oleh orang lain sebagai sesuatu yang egoistik, dan kurang memperhatikan
terhadap orang lain, serta lebih menunjukkan sikap arogansinya.
Gambaran tentang objek : contrived (menghayal) : menggambarkan kondisi
internal dalam bentuk idea-idea dan ingatan yang dalam kondisi yang tidak lazim
atau lebih menggambarkan ilusi-ilusi tentang kemegahan, serta adanya perpaduan
antara dorongan-dorongan dan konflik-konflik, serta kemegahan-kemegahan, jika
tidak terstimulasi oleh persepsi dan sikap-sikapnya yang cepat berubah
sebagaimana kebutuhan-kebutuhan yang dimunculkannya.
Morphologic : spurious : strategi coping dan pertahanan diri
sangat tipis atau transparan, perpaduan dinamika dan regulasi impuls sangat
kecil, penyaluran kebutuhan dengan pertahanan diri minimal, dengan
menghilangkan konflik-konflik internal serta dengan segera diselamatkan oleh
kebanggaan diri yang dipertegas disertai usaha yang lemah.
Mood / temperamen : insouciant : secara umum dicerminkan
oleh sikapnya yang kurang tertantang, dingin tanpa impresi atau optimistik
tanpa didukung oleh semangat dan usahanya, kecuali ketika kepercayaan akan
narcistiknya tergoyahkan, atau di saat marah, merasa malu atau mengalami
kehampaan.
3.
Dependent Active (Histrionic)
Individu dengan kepribadian
histerionik senantiasa berusaha memaksimalkan perlindungan dan pemeliharaan
orang lain, dan untuk mencapai keberhasilan tersebut, individu sibuk
memanipulasi, dan menampilkan aktivitas yang menggairahkan, serta melakukan
berbagai manuver untuk mencari perhatian.
Individu dengan kepribadian histerionik, meskipun
kehidupannya lebih mengarah pada orang lain, tetapi mereka tidak pasif. Bahkan
aktif untuk memanipulasi orang lain untuk memperoleh perhatian, kebaikan hati
orang lain, serta senantiasa berusaha untuk menghindari aktivitas yang tidak
akan mendatangkan pengakuan dan perhatian orang lain.
Individu dengan kepribadian histerionik ini tidak pernah
puas untuk mengejar afeksi. Perilaku sosialnya licik. Seringkali berusaha untuk
menonjolkan kepercayaan dirinya, meskipun sesungguhnya sebagai upaya untuk
menyembunyikan ketakutan akan ketahuan aslinya, sebagai individu yang ingin
memperoleh penerimaan dan pengakuan orang lain.
Etiologi : anak-anak yang sedikit memperoleh punishment dan sangat
banyak memperoleh reward.
Tindakan-tindakan yang diekspresikan : afektif: menunjukkan reaksi
yang sangat berlebihan, cenderung mencari stimulasi dan perhatian orang lain
melalui tindakan impulsivitas; menunjukkan kemampuan berfikir rendah,
reaksi-reaksi lebih bersifat teatrikal, dan menunjukkan kegemaran untuk
memperoleh kegembiraan sesaat, maupun mencapai keuntungan dan kesenangan yang
cepat.
Perilaku interpersonal : genit : aktif mencari pujian dengan
memanipulasi orang lain untuk memperoleh keuntungan yang dibutuhkan, atau untuk
memperoleh ketentramam hatinya; individu ini cenderung mencari perhatian dan
persetujuan orang lain; dia sangat bergantung pada orang lain, dan cenderung
mendramatisasi diri, serta menunjukan kegairahan yang tinggi.
Kognitif style : bertingkah laku tidak karuan (flighty):
menghindari instrospeksi atas perilakunya, dan lebih tertarik pada kejadian
luar yang sesaat, dan dengan perhatian yang cepat berlalu; serta rendahnya
kemampuan untuk mengintegrasikan pengalaman-pengalamannya yang diperoleh,
sebagai akibat tidak terfokusnya perhatian terhadap permasalahan-permasalahan
yang dihadapinya.
Mekanisme regulasi : disosiasi: mengatur tampilan dirinya
dengan menciptakan suatu keberhasilan sosial yang atraktif, tetapi perubahannya
berlangsung secara tiba-tiba: melalui pengalihan diri untuk menghindari dan
mengintegrasikan pemikiran dan emosi yang tidak menyenangkan.
Self image : sociable: memandang diri mudah bergaul,
menarik dan manis, menggambarkan citra diri sebagai teman yang menarik dan
menyenangkan serta sibuk untuk membujuk orang lain dengan orientasi pada
kehidupan sosial yang menyenangkan.
Gambaran tentang objek : swallow: menggambarkan kondisi internal yang
sebagian besar tidak mendalam (superficial), serta afeks yang tidak
menyatu dengan ingatan-ingatan, maupun konflik-konfliknya, serta lebih menuruti
dorongan dan mekanisme yang tidak substansial.
Morphologic : disjoined: kemampuan menjalin relasi rendah,
disertai kurangnya kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian dari
proses-proses pengaturan dan pengendalian internal, untuk menahan impuls,
maupun mengkoordinasikan pertahanan diri dan penyelesaian konflik-konflik yang
seharusnya dilakukan; subyek gagal untuk memadukan serta menstabilkan
pemikiran, perasaan dan tindakan-tindakannya; biasanya pikiran, perasaan,
maupun tindakannya tidak saling berhubungan.
Mood / temperamen : fickle: menunjukkan kehidupan yang dramatis
dengan emosi yang dangkal; aktivitasnya berlebihan, tidak sabaran, mudah
mencari perhatian dan mudah marah atau bosan.
4. Dependent Passive (Submissive)
Individu dengan kepribadian submissive menunjukkan usaha
memperoleh kesenangan dan mengindari kesakitan, dengan cara selalu
mengaitkannya dengan orang lain. Ia selalu membutuhkan dukungan dan perhatian
dari lingkungan luar. Mereka akan merasa kehilangan afeksi dan perhatian, dan
bahkan akan mengalami kecemasan atau kesedihan, jika tidak sesuai dengan orang
lain.
Subyek menunjukkan perasaan rendah diri, dan tidak
memiliki kemampuan untuk penegasan diri. Hal ini akibat dari pembelajaran
sebelumnya, di mana dia memperoleh reward dari lingkungannya, dengan tidak
dipersiapkan untuk meningkatkan keterampilan diri, dan bahkan lebih banyak
diarahkan untuk menyesuaikan diri dengan orang lain. Mereka lebih banyak
belajar untuk memperoleh perlindungan dan rasa aman dari sumber-sumber
pemeliharaan.
Individu dengan kepribadian dependent pasif terbentuk
dari lingkungan keluarga yang memberi perlindungan secara berlebihan. Akibatnya
dia gagal untuk memperoleh kompetensi untuk kemandirian, serta gagal untuk
membangun relasi yang adekuat dengan lingkungannya, sehingga subyek lebih
banyak mengalah dari orang lain.
Etiologi : datang dari lingkungan keluarga yang sangat melindungi.
Tindakan-tindakan yang diekspresikan : merasa tidak kompeten:
menampilkan suatu sikap yang sangat patuh dan pasif, kurang keberanian untuk
penegasan diri, serta menunjukkan cenderung untuk menghindar dari tugas dan
tanggung jawab sebagai individu dewasa.
Perilaku
interpersonal : submissive (patuh) : kebutuhan untuk menjadi bawahan dari orang yang kuat,
cenderung akan mempertahankan figur otoritas sebagai tempat berlindung. oleh
karena itu dia bersikap sangat patuh, dan selalu mengalah terhadap otoritas,
dan dia selalu mencari ketentraman dengan mengorbankan dirinya.
Kognitif style : naive : mudah dipengaruhi, tidak memiliki
kecurigaan terhadap orang lain, mudah ditipu; subyek tidak menampakkan kesedihan
yang mengarah pada kesulitan dalam relasi interpersonalnya. subyek menunjukkan
kelemahan di dalam menghadapi permasalahan-permasalahan obyektif, sehingga
permasalahan kecil yang dihadapinya sering secara berangsur-angsur menjadi
semakin sulit.
Mekanisme regulasi : introjection: menunjukkan
ketergantungan pada orang lain ; dalam arti untuk memperkuat keyakinan diri,
serta meningkatkan eksistensinya dengan cara membuang jauh-jauh persepsinya
kearah individu independent, serta menghindari untuk membuka konflik dan
pertentangan dengan orang lain, di dalam relasi sosialnya.
Self image : merasa tidak tepat: memandang diri
sebagai orang yang lemah, mudah pecah, tidak adekuat, disertai kepercayaan diri
yang lemah, dan merasa diri tidak kompeten.
Gambaran tentang objek : immature : gambaran internalnya ditandai dengan
gagasan-gagasan sederhana, serta ingatan-ingatan yang tidak lengkap, serta
dorongan-dorongan yang kurang sempurna, disertai impuls-impuls
kekanak-kanakannya. Di samping itu, individu tersebut menunjukkan sedikit
kompetensi untuk mengatasi dan menyelesaikan stres-stres yang dihadapinya.
Morphologic : inchoate: untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya, serta tugas-tugasnya sebagai seorang dewasa, dia akan
menggantungkan tanggung jawabnya terhadap orang lain; kemampuan mekanisme
internal maupun kemampuan mengatur kendali serta beragam proses adaptasinya
tidak berkembang dengan baik; demikian pula subyek tidak menunjukkan kemampuan
untuk membeda-bedakan permasalahan yang dihadapi, serta fungsi dari sistem untuk
menjadi pribadi independet tidak berkembang.
Mood / temperamen : pacific: tidak pemarah, tidak adanya sikap
kompetitif; serta menunjukkan cenderung untuk menghindari ketegangan sosial
maupun konflik-konflik interpersonal.
5. Ambivalent Active (Pasif-Agresif/Negatifistik)
Individu dengan kepribadian pasif
agresif ini terombang-ambing diantara berorientasi pada diri (self) dan
orang lain (the other). Pada satu saat mereka patuh terhadap aturan,
namun di lain waktu menyimpang. Mereka terombang-ambing diantara merasa
terjadinya penurunan nilai diri dan rasa bersalah. Hal ini terjadi sebagai
akibat adanya kegagalan untuk memenuhi harapan orang lain.
Individu dengan kepribadian pasif agresif ini menunjukkan
sikap negativistik dalam bentuk keras kepala dan menentang untuk tunduk
terhadap keinginan orang lain. Secara terbuka mereka mengalami konflik yang
tidak henti-hentinya antara kepatuhan pada satu saat dan tindakan agresi maupun
menyimpang di lain waktu. Penampilan perilaku ambivalence sebagai pencerminan dari
pola yang tidak menentu diantara kemarahan dan keras kepala, bercampur dengan
rasa salah dan rasa malu.
Etiologi : parental inconsistency ; dalam bentuk berubah-ubah
dari hostility dan rejection pada satu saat dan pada saat lainnya
afeksi dan cinta kasih.
Tindakan-tindakan yang diekspresikan : keras kepala : menentang
harapan dan keinginan orang lain, banyak menunda aktivitasnya, tidak efisien
dan tidak menentu, perilakunya sering menjengkelkan, menunjukkan kepuasan yang
tidak bermoral, aspirasi dan kesenangan dengan memanipulasi orang lain.
Perilaku interpersonal : bertentangan : mengalami banyak
konflik dan sering berubah-ubah peran di dalam relasi sosialnya, kadang-kadang
terlihat dependent dan kadangkala dengan tegas menampilkan diri sebagai individu
independent. kurang toleransinya terhadap orang lain, mudah mengekspresikan
sikap negatif atau sikap bertentangan dengan orang lain.
Kognitif style : negativistik: menunjukkan sikap sinis
, skeptis, dan kejadian-kejadian positif tidak dapat dipercaya, tidak diyakini,
dan memandang masa depan dengan penuh keragu-raguan, serta memandang kehidupan
orang lain dengan penuh kebencian, serta kecenderungan untuk mengekspresikan
penghinaan dan sindiran yang pedas untuk memperoleh keuntungan yang baik bagi
dirinya.
Mekanisme regulasi : displacement : mengekspresikan kemarahan
dan permasalahan emosi terhadap orang lain secara tidak langsung atau melalui
cara menghasut, yang secara signifikan kemarahan menjadi lebih lemah kadarnya;
atau mengganti kemarahan dengan berperilaku pelupa atau menunjukkan kemalasan.
Self image : discontented : melihat diri sebagai
orang yang tidak dipahami, tidak dihargai, dan direndahkan oleh orang lain,
menunjukkan kebencian, dan ketidakpuasan, serta kekecewaan terhadap
kehidupannya.
Gambaran tentang objek : oposisi : menggambarkan kondisi
internal dengan kecenderungan-kecenderungan yang saling bertentangan secara
kompleks; kondisi ini telah mendorong tindakan-tindakan yang tidak wajar
sebagai kekuatan dari impuls-impuls ketidaksetujuan yang terpolakan dengan
meniadakan pencapaian dan kesenangannya dengan memanipulasi orang lain.
Morphologic : divergent : pola dari elemen-elemen internal
untuk kepentingan coping dan manuver pertahanan diri yang secara langsung
mengarah pada tujuan yang bertentangan, sebagai akibat dari banyaknya konflik
yang tidak dapat diselesaikan secara terpadu untuk memenuhi dorongan atau
kebutuhan-kebutuhan yang tidak dapat diabaikan atau tidak dapat diputarbalikan.
Mood / temperamen : irritable; ditandai oleh: seringnya membandel,
keras kepala, dan mudah marah, diikuti oleh sifat yang mendongkol, moody:
cerewet, tidak sabaran, mudah kecewa oleh orang lain.
6.
Ambivalent Passive (Obsesif-Compulsif)
Individu dengan kepribadian obsesif
kompulsif secara konsisten menunjukkan sikap hormat dan menunjukkan kepatuhan
yang tinggi di dalam relasi interpersonalnya. Perilaku mereka sangat hati-hati,
ragu-ragu, pasif, patuh terkendali, dan adanya keharusan untuk melakukan
sesuatu dengan sempurna. Individu dengan kepribadian ini sesungguhnya mengalami
konflik antara rasa permusunan terhadap orang lain dan ketakutan untuk tidak
memperoleh persetujuan dari orang lain, konflik yang dihadapinya tidak hanya
dalam usaha menekan kemarahannya, tetapi diekspresikan dalam bentuk
menyesuaikan diri secara berlebih-lebihan terhadap lingkungannya. Biasanya
mereka memiliki pengalaman pemaksaan dan disiplin yang keras, tetapi hanya
ketika mereka melakukan pelanggaran, dan tidak memenuhi harapan orang tua.
Individu dengan kepribadian ini berada dalam kondisi
konflik antara keinginan yang kuat untuk melawan serta merealisasikan perasaan
dan impuls-impulsnya, kebutuhan untuk menghindari intimidasi dan hukuman yang
telah mereka pelajari sebelumnya. Berdasarkan etiologinya individu dengan
kepribadian ini telah terintimidasi dan kekerasan dalam menerima standar
tentang aturan yang terpaksa mereka peroleh dari orang lain.
Etiologi : orangtua yang overcontrol dengan senantiasa menekankan
pada hukuman.
Tindakan-tindakan yang diekspresikan : disiplin: kegiatannya teratur,
mengulang-ulang aktivitasnya dengan pola yang teratur, menunjukkan kesetiaan
yang berlebihan terhadap aturan, serta melakukan aktivitas dengan sempurna.
Perilaku interpersonal : penuh rasa hormat: menampilkan
kesetiaan yang berlebihan, lebih menyukai sopan santun, relasinya formal dan
menunjukkan pribadi yang baik.
Kognitif style : constricted: memandang dunia yang
terbangun di dalam pemikiran-pemikirannya dengan istilah aturan-aturan,
regulasi-regulasi, jadwal-jadwal, yang secara teratur dan bertingkat, tanpa
imajitatif, dan keragu-raguan, terutama kekhawatiran dirusak oleh sesuatu yang
tidak dikenalnya atau ideal-idea dan adat istiadat baru.
Mekanisme regulasi : reaksi formasi: mengulang-ulang
pemikiran, serta secara sosial perilakunya dapat dihargai sebagai individu
dengan disiplin tinggi, yang secara diametrik terjadinya pertentangan yang
begitu mendalam antara kemarahan atas larangan dan kecemasan terhadap orang
lain, dengan menampilkan sesuatu perilaku yang dinilai layak ditampilkan di
lingkungan sekitarnya.
Self image : conscientious; melihat diri sebagai
orang yang rajin, dapat dipercaya, teliti, efisien; takut berbuat kesalahan
atau penilaian yang berlebihan pada diri yang ditampilkan dengan disiplin,
kesempurnaan, kebijaksanaan, dan kesetiaan.
Gambaran tentang objek : conceal (tersembunyi): menggambarkan kondisi
internal yang berkaitan dengan afeks, sikap, dan kegiatan yang dalam konteks
dengan persetujuan dari lingkungan sosialnya, yang mengizinkannya untuk
mengekpresikan perilakunya, serta kepuasannya yang dihasilkan dari regulasi
yang sangat tinggi, berusaha untuk menghambat dan mengendalikan impuls-impuls
yang dilarang, membuat ikatan yang lebih erat antara pribadi, disertai
penyangkalan atas konflik-konfliknya di bawah kendali yang sangat kuat.
Morphologic : compartmentalized struktur psikis rigid,
serta terorganisasikan ke dalam sistem yang dikonsolidasikan dengan sangat
ketat, dalam sejumlah sekat-sekat yang konstalasi terpisah antara dorongan,
ingatan, dan kognisi, dengan hanya sedikit membuka saluran yang dapat diijinkan
diantara komponen-komponen tersebut.
Mood / temperamen : solemn: tidak relax, tegang, serta
kehilangan kesenangan dan sering cemberut; perasaan kehangatan terhambat dan
mengambil banyaknya emosi di bawah kendali yang sangat ketat.
7. Detached Active (Avoidant)
Individu dengan kepribadian ini
mengalami kesenangan sedikit, lebih banyak kesedihan dan penderitaan, sedikit
mengalami kegembiraan. Individu dengan kepribadian ini merasa kehilangan
kompetensi dan harga diri, serta memiliki sedikit kemampuan dalam menghadapi
permasalahan yang kompleks, serta senantiasa bersiaga untuk menghindari
kesakitan dan penghinaan.
Pertama : kemungkinan bersifat neurologis dan
psikokimiawi yang memaksimalkan kesedihan dan meminimalkan kesenangan. Biasanya
hal ini berkaitan dengan sistem limbik. Kedua: sebagai akibat dari penolakan,
sehingga subyek menunjukkan kepekaan yang sangat tinggi terhadap kecemasan dan
kesakitan secara psikis.
Individu dengan kepribadian ini, kemungkinan telah
belajar secara berulang-ulang dari lingkungan sebelumnya, sehingga dia
senantiasa mengantisipasi dan memperluas pikirannya untuk melakukan strategi
menghindar untuk memperkecil pengalaman negatif terulang.
Etiologi : datang dari lingkungan keluarga yang menolak dan sering
mencela.
Tindakan-tindakan yang diekspresikan : memandang lingkungan dengan
penuh kehati-hatian, karena lingkungan sosial dipandang secara potensial akan
mendatangkan ancaman, terutama karena adanya kekhawatiran dirinya akan
dicemoohkan, oleh karena itu ia akan bereaksi secara berlebihan terhadap
kejadian-kejadian yang sesungguhnya tidak membahayakan.
Perilaku interpersonal : subyek memiliki riwayat kecemasan yang
berlebihan disertai ketidakpercayaan yang tinggi terhadap orang lain; namun
disisi lain mengharapkan adanya penerimaan diri dari lingkungan, akan tetapi
individu yang bersangkutan senantiasa akan menjaga jarak dan privasinya dengan
orang lain; tindakan tersebut sebagai bentuk antisipasi dan kekhawatiran untuk
memperoleh penghinaan dari orang lain.
Kognitif style : subyek sangat terpaku terhadap
kesulitan-kesulitan yang dialaminya; pikiran-pikirannya mudah kacau, jalan
berpikirnya seringkali tidak relevan, gagasan-gagasan yang dimunculkan sering
menyimpang, meskipun kesimpulan yang diperolehnya berangkat dari hasil
komunikasi dengan lingkungan sosialnya.
Mekanisme regulasi : fantasi : bergantung secara berlebihan
pada imajinasi untuk mencapai kepuasan maupun untuk penyelesaian
konflik-konflik yang dialaminya: dalam arti dia berusaha untuk memperoleh rasa
aman dan pengendalian impuls-impuls agresi ke dalam angan-angan.
Self image : alienated ; terlihat sebagai seseorang yang
terisolasi dan merasa ditolak oleh orang lain; terjadi penurunan kemampuan
penilaian diri, serta mengalami perasaan kesendirian dan kekosongan, dan
terjadinya depersonalisasi.
Gambaran tentang objek : veatious : menggambarkan kondisi internal yang
mengalami ingatan-ingatan yang bertentangan, disertai terbatasnya kesempatan
untuk memperoleh kepuasan, serta sedikitnya kemampuan mekanisme untuk
mengalihkan kebutuhan-kebutuhannya, serta lebih dibutakan oleh
impuls-impulsnya, daripada kemampuan untuk penyelesaian konflik atau
menghindari dari tekanan eksternal.
Morphologic : fragile : terjadi kompleksitas atas
emosi-emosi yang membahayakan yang berlangsung secara berulang-ulang, dengan
modalitas dan kemampuan pemecahan masalah yang terbatas; dalam arti pada saat
menghadapi masalah biasanya dilakukan dalam bentuk menghindar, menjauhi, atau
melalui fantasi. Oleh karena itu ketika dihadapkan pada situasi yang
mendatangkan stres yang tidak terantisipasikan, subyek hanya memiliki sedikit
energi untuk mengatasinya, sehingga subyek akan dengan mudah subyek mengalami
regresi ke arah decompensasi.
Mood / temperamen : anguished : subyek menunjukkan diri sebagai
orang yang mengalami kebingungan atas ketegangan-ketegangan yang terpendam,
antara kesedihan dan kemarahan, serta keinginan untuk memperoleh afeksi, serta
ketakutan akan kekasaran dan kekerasan dari orang lain.
8. Detached Passive (Schizoid)
Individu dengan kepribadian schizoid
menunjukkan polarisasi yang sangat lemah untuk memperoleh kesenangan maupun
menghindari kesakitan. Mereka menunjukkan kapasitas energi yang lemah, sedikit
berbicara, apatis, kebutuhan afeksi yang lemah, tidak bergairah, di dalam
relasi sosial pasif, dan cenderung menjaga jarak. Individu dengan kepribadian
schizoid menunjukkan kecenderungan yang sangat kuat ke arah a-sosial, tidak
memiliki minat terhadap kesenangan pribadi ataupun kepuasan sosial. Serta
menunjukkan ketidaksesuaian dengan lingkungan sosial.
Individu dengan kepribadian schizoid kemungkinan ada
hubungannya dengan pengaruh konstitusi untuk mencari perhatian dan
ketidakmampuannya untuk membedakan kejadian yang menyenangkan atau menyakitkan.
Kemungkinan kedua, diakibatkan sebagai konsekuensi dari kehilangan stimulasi
makanan yang diperlukan pada masa sebelumnya, sehingga menghambat kematangan
motivasi atau kapasitas emosionalnya.
Etiologi : iklim relasi dalam keluarga bersifat formal, dingin,
tidak menunjukkan kedekatan diantara masing-masing anggota keluarga, tidak ada
saling hubungan diantara sesama anggota keluarga.
Tindakan-tindakan yang diekspresikan : lesu, lelah, lemah, kurang
vitalitas, plegmatis, lamban, tampak terjadi penurunan pada kemampuan aktivitasnya,
ekspresi motorik berlangsung secara spontan.
Perilaku interpersonal : menjauh dari orang lain : terlihat
bersikap acuh tak acuh terhadap orang lain, dan bahkan cenderung utk menjauhkan
diri dari orang lain; jarang menampilkan respons atau perasaannya terhadap
orang lain; minat terhadap orang lain sangat minim; rendah diri, hanya sedikit
memiliki relasi dengan orang lain, termasuk dengan keluarga maupun di
lingkungan kerja relasi sangat dangkal.
Kognitif style : miskin secara kognitif : terjadinya
penurunan kemampuan di bidang kognisi; dalam arti memiliki kemampuan rendah
yang untuk dpt memahami berbagai peristiwa yang samar-samar (ambigue). Proses
berfikir tidak jelas, disertai tingkat intelektual rendah. Komunikasi mudah
tergelincir dan kehilangan keruntutan berpikir termasuk terhadap persoalan yang
mudah. Bahkan sering berputar-putar pada penjelasan yang tidak logis.
Mekanisme regulasi : intelektualisasi : relasi
interpersonal dan pengalaman afektif sangat sederhana, ambigue, dan bersifat
impersonal atau pemaknaan lebih mekanis; perhatiannya lebih terarah pada
peristiwa sosial atau emosional yang bersifat formal dan obyektif.
Self image : complacement : kesadaran diri dan
kemampuan introspeksi minimal, secara emosional tidak mampu untuk
mengekspresikan emosi maupun pribadinya pada kehidupan sosial sehari-harinya.
Gambaran tentang objek : undifferented ; memiliki sedikit
kemampuan artikulasi, tidak memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan kemampuan
pengamatan dan ingatan secara dinamik di dalam mengatasi dorongan maupun
konflik-konflik sebagaimana halnya pada individu yang dapat menyesuaikan diri
dengan baik.
Morphologic : meager : menggambarkan kondisi internal yang
lemah, dengan dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan diri lemah, disertai
kemampuan untuk mengatasi konflik-konflik internal lemah, demikian pula lemah
di dalam mengatasi tuntutan eksternal, dengan kemampuan koordinasi dan usaha
yang terbatas.
Mood / temperamen : flat : emosi hambar, dingin,
dengan kualitas perasaan yang miskin; afek lemah, jarang menunjukkan
kehangatan, disertai ketidakmampuan untuk mengalami kesenangan, atau kesedihan,
dan kemarahan yang mendalam.
Miillon, T.,
Grossman, S., Millon, C., Meagher, S. & Ramnath, R. (2004). Personality Disorders in Modern Life. New Jersey : Wiley
Millon, Theodore. 1969. Modern
Psychopathology : A Biosocial Approach To Maladaltive Learning And Functioning.
Philadelphia : W.B. Saunders Company
www.millonpersonality.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar