Latar Belakang
Berkenaan dengan teori belajar sosial,
menurut bandura, sejak masa kanak-kanaknya, manusia sudah mempelajari berbagai
tata cara berperilaku sedemikian rupa, sehingga ia tidak canggung dan
serbasalah menghadapi berbagai situasi dan persoalan. Namun berbeda dari teori
belajar sebelumnya, bandura mengatakan bahwa manusia tidak perlu mengalami atau
melakukan sesuatu terlebih dahulu, sebelum ia mempelajari sesuatu. Manusia
dapat belajar hanya dari mengamati atau meniru/ mengimitasi perilaku orang
lain.
BIOGRAFI ALBERT BANDURA
Albert
Bandura lahir pada tanggal 4 Desember 1925, di Mundara, sebuah kota kecil di
Alberta, Kanada. Dia mendapatkan gelar B.A dari University of British Columbia
pada tahun 1949, dan gelar Ph.D di psikologi dari University of Lowa tahun 1952.
Bandura menikahi Virginia Varns, dan mereka memiliki 2 orang anak. Dia adalah
penulis atau editor dari enam buku dan beberapa artikel. Tanda jasanya meliputi
beberapa penghargaan ilmuwan terkemuka, dan pemilihan untuk jabatan presiden
the American Psychological Association pada tahun 1974.
ISI
3.1 Sejarah
Aliran behaviorisme memandang bahwa
perilaku individu dipengaruhi oleh lingkungan. Bagi Bandura, ada dua fenomena
penting yang diabaikan oleh aliran behaviorisme. Pertama, Bandura berpendapat manusia dapat berfikir dan mengatur
tingkah lakunya sendiri, sehingga mereka bukan menjadi obyek pengaruh
lingkungan. Sifat kausal bukan hanya dimiliki oleh lingkungan, karena manusia
dan lingkungan saling mempengaruhi. Kedua,
banyak aspek kepribadian melibatkan interaksi antar individu.
Teori belajar sosial dari Bandura,
didasarkan pada konsep saling menentukan (reciprocal determinism), tanpa
penguatan (beyond reinforcement), dan pengaturan diri/ berfikir
(self-regulation/ cognition).
-
Determinis
resiprokal, pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk
interaksi timbal-balik yang terus menerus antara determinan kognitif,
behavioral dan lingkungan. Orang menentukan tingkah lakunya dengan mengontrol
kekuatan lingkungan, tapi juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan itu sendiri.
Determinis resiprokal adalah konsep yang penting dalam teori belajar sosial
bandura, menjadi pijakan bandura dalam memahami tingkah laku.
-
Tanpa
reiforsemen, jika setiap unit respon sosial yang kompleks harus di pilih untuk
direinforse satu persatu, bisa jadi orang tidak akan belajar apapun.
Reinforsemen penting dalam menentukan apakah suatu tingkah laku akan terus
terjadi atau tidak, tetapi bukan satu-satunya pembentuk tingkah laku. Orang
dapat belajar hanya dengan mengamati dan mengulang apa yang dilihatnya.
-
Kognisi
dan regulasi diri. Konsep Bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang
dapat mengatur diri sendiri, mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur
lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah
lakunya sendiri.
Asumsi dasar dari teori dan penelitian belajar sosial adalah sebagian besar
tingkah laku individu diperoleh sebagai hasil belajar melalui pengamatan
(observasi) atas tingkah laku yang ditampilkan oleh individu-individu lain yang
menjadi model.
Penelitian
observasional yang paling terkenal dari bandura adalah penelitiannya ttg
pembentukan agresi pada anak2. dalam penelitiannya bandura dan kolega2nya
menggunakan sejumlah anak TK sbg subjek penelitian. Anak-anak tersebut kemudian
dibagi dalam 4 kelompok, dan masing2 kelompok ditempatkan dalam ruangan yang
terpisah serta diberi pertunjukkan atau tontonan berupa film seorang dewasa
yang sedang melakukan tindakan agresif memukul sambil membentak-membantak ke
arah sebuah boneka. Anak2 kelompk ke-2 diberi tontonan berupa adegan
perkelahian dalam film kartun. Pada keompk 3 diberi tontonan berupa adegan dua
orang dewasa yang sedang (pura-pura) berkelahi. Pada kelompok 4 diberi tontonan
berupa adegan seorang dewasa yang menghadapi sebuah boneka dengan sikap tenang
dan nonagresif. Beberapa lama kemudian, semua anak tersebut dibawa kedalam
sebuah ruangan yang berisi berbagai permainan, diantaranya boneka2, dan mereka
dibiarkan bermain bebas sambil secara diam-diam diamati oleh peneliti. Bandura
menemukan bahwa pada saat bermain itu, anak kelompk pertama, 2 dan 3
menunjukkna TL agresif. Dari 3 kelompk anak tersebut, yang paling agresif
adalah kelompk 3, yaitu anak-anak yang telah menyaksikan adegan perkelahian nyata,
sedang anak-anak kelompk 4 menunjukkan sikap tenang atau nonagresif,seperti TL
model yg disaksikan oleh mereka.
Bandura
dan kolega-koleganya menyimpulkan bahwa agresi dapat dipelajari dan terbentuk
pada individu hanya dengan meniru atau mencontoh agresi yang dilakukan oleh
individu lain atau oleh model yang diamatinya, bahkan meskipun hanya sepintas
dan tanpa penguatan. Penemuan bandura dan kolega-koleganya itu memiliki
implikasi penting bagi pemahaman pengaruh agresi yang tampil dalam kehidupan sehari-hari
ataupun dalam tontonan terhadap pembentukan agresi dikalangan individu pengamat
atau penonton, terutama yang masih kanak-kanak atau berusia muda.
3.2 Struktur Kepribadian
Sistem self (self system)
Self diakui sebagai unsur struktur
kepribadian. Sistem self bukan unsur psikis yang mengontrol tingkah laku,
tetapi mengacu ke struktur kognitif yang memberi pedoman mekanisme dan
seperangkat fungsi-fungsi persepsi, evaluasi dan pengaturan tingkah laku.
Pengaturan self tidak otomatis atau mengatur tingkah laku secara otonom, tetapi
self menjadi bagian dari sistem interaksi resiprokal.
Regulasi diri
manusia mempunyai kemampuan berfikir, dan dengan
kemampuan itu mereka memanipulasi lingkungan, sehingga terjadi perubahan
lingkungan akibat kegiatan manusia. Menurut Bandura, akan terjadi strategi
reaktif dan proaktif dalam regulasi diri. Strategi reaktif dipakai untuk
mencapai tujuan, namun ketika tujuan hampir tercapai startegi proaktif
menentukan tujuan baru yang lebih tinggi. Seseorang memotivasi dan membimbing tingkah
lakunya sendiri melalui strategi proaktif, menciptakan keseimbangan, agar dapat
memobilisasikan kemampuan dan usahanya berdasarkan antisipasi apa saja yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Tiga proses yang dapat dipakai unutk
melakukan pengaturan diri yaitu: memanipulasi faktor eksternal, memonitor dan
mengevaluasi tingkah laku internal.
Tingkah laku manusia adalah hasil pengaruh resiprokal faktor eksternal dan
faktor internal itu.
Ø Faktor Eksternal dalam Regulasi Diri
Faktor
eksternal mempengaruhi regulasi diri dengan dua cara, yaitu faktor eksternal
yang memberi standar untuk mengevaluasi tingkah laku. Faktor lingkungan
berinteraksi dengan pengaruh-pengaruh pribadi yang akan membentuk standar evaluasi
diri seseorang. Faktor yang kedua yaitu faktor eksternal
yang mempengaruhi regulasi diri dalam
bentuk penguatan (reinforcement).
Ø Faktor Internal dalam Regulasi Diri
Faktor
eksternal berhubungan dengan faktor internal dalam pengaturan diri sendiri. Tiga
bentuk pengaruh internal menurut Bandura:
1. Observasi diri (self observation):
dilakukan berdasarkan faktor kualitas penampilan , kuantitas penampilan,
orisinalitas tingkah laku diri. Apa yang diobservasi seseorang tergantung
kapada minat dan konsep dirinya.
2. Proses penilaian atau mengadili tingkah
laku (judgmental proses): yaitu melihat kesesuaian tingkah laku dengan standar
pribadi (bersumber dari pengalaman mengamati model), membandingkan tingkah laku
dengan norma standar atau dengan tingkah laku orang lain, menilai berdasarkan
pentingnya suatu aktivitas, dan memberi atribusi performasi.
3. Reaksi-diri-afektif (self respon),
berdasarkan pengamatan dan jugment, orang mengevalasi diri sendiri positif atau
negatif. Reaksi afektif bisa tidak muncul, karena fungsi kognitif membuat
keseimbangan yang mempengaruhi evaluasi positif atau negatif menjadi kurang
bermakna secara individual.
Efikasi Diri (Self Effication)
Bandura menyebutkan keyakinan atau harapan
diri sebagai efikasi diri, dan harapan
hasilnya disebut ekspektasi hasil.
1. Efikasi diri atau efikasi ekspektasi (Self
effication-efficacy expectaion), adalah persepsi diri sendiri mengenai seberapa
bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Berhubungan dengan keyakinan
bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diinginkan.
2. ekspektasi hasil (Outcome expectation),
yaitu perkiraan bahwa tingkah laku yang dilakukan diri itu akan mencapai hasil tertentu.
Efikasi disini adalah penilaian diri,
apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa
atau tidak bisa mengerjakan sesuai dengan ketentuan. Efikasi berbeda dengan aspirasi (cita-cita), karena
cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya dapat dicapai, sedangkan
efikasi menggambarkan penilaian kemampuan diri. Orang yang ekspektasi efikasinya
tinggi (percaya bahwa dia dapat mengerjakan sesuai dengan tuntutan situasi) dan
harapan hasilnya realistik (memperkirakan hasil sesuai dengan kemampuan diri),
orang itu akan bekerja keras dan bertahan mengerjakan tugas sampai selesai.
Ø Sumber Efikasi Diri
Efikasi diri dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan
atau diturunkan, melalui salah satu atau kombinasi 4 sumber, yaitu:
1. Pengalaman performansi (performance
accomplishment)
adalah prestasi yang pernah
dicapai pada masa yang telah lalu. Performansi masa lalu menjadi pengubah
efikasi diri yang paling kuat pengaruhnya, prestasi masa lalu yang baik
meningkatkan ekspektasi efikasi, sedangkan yang gagal akan menurunkan efikasi.
2. Pengalaman vikarius (vicarious experience)
Diperoleh melalui model
sosial. Efikasi akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain,
sebaliknya efikasi menurun jika mengamati orang yang kemampuanya kira-kira sama
dengan dirinya ternyata gagal.
3. Persuasi sosial (social persuation)
Dampak dari sumber ini
terbatas, tetapi pada kondisi yang tepat persuasi dari orang lain dapat
mempengaruhi efikasi diri.
4. Keadaan emosi
Keadaan emosi yang kuat,
takut, cemas, stress, dapat mengurangi efikasi diri. Namun bisa terjadi
peningkatan emosi (yang tidak berlebihan) dapat meningkatkan efikasi diri.
Ø Efikasi Diri Sebagai Prediktor Tingkah
laku
Menurut Bandura, sumber pengontrol tingkah
laku adalah hubungan timbal balik antara lingkungan, tingkah laku, dan pribadi.
Efikasi diri merupakan variabel pribadi yang penting. Yang bila digabung dengan
tujuan-tujuan spesifik spesifik dan pemahaman mengenai prestasi, akan
menentukan tingkah laku baru. Setiap individu mempunyai efikasi diri yang
berbeda-beda pada situasi yang berbeda tergantung pada:
- kemampuan
yang dituntut oleh situasi yang berbeda itu.
- kehadiran
orang lain, khususnya saingan dalam situasi itu
- keadaan
fisiologis dan emosional (kelelahan, kecemasan, apatis, murung)
efikasi tinggi atau rendah, dikombinasikan
dengan lingkungan yang responsif atau tidak responsif, akan menghasilkan empat
kemungkinan prediksi tingkah laku:
Efikasi
|
Lingkungan
|
Prediksi hasil tingkah laku
|
Tinggi
|
Responsif
|
Sukses, melaksanakan tugas yang sesuai dengan
kemampuannya
|
Rendah
|
Tidak responsif
|
Depresi, melihat orang lain sukses pada tugas
yang dianggapnya sulit
|
Tinngi
|
Tidak responsif
|
Berusaha keras mengubah lingkungan menjadi
responsif, melakukan protes, aktivitas sosial, bahkan memaksakan perubahan
|
Rendah
|
Responsif
|
Orang menjadi apatis, pasrah, merasa tidak mampu
|
Efikasi Kolektif (collective
efficacy)
Yaitu
keyakinan masyarakat bahwa usaha mereka secara bersama-sama dapat menghasilkan
perubahan sosial tertentu. Bandura berpendapat, orang berusaha mengontrol
kehidupan dirinya bukan hanya melalui efikasi diri individual, tetapi juga
melalui efikasi kolektif. Misalnya, dalam bidang kesehatan, orang memiliki
efikasi diri yang tinggi untuk berhenti merokok, tetapi mungkin memiliki
efikasi kolektif yang rendah dalam hal mengurangi polusi lingkungan, bahaya
tempat kerja, dan penyakit infeksi. Kedua efikasi ini kolektif bersama-sama
saling melengkapi untuk mengubah gaya hidup manusia.
3.3 Dinamika Kepribadian
Menurut bandura, motivasi adalah konsep kognitif
yang mempunyai dua sumber, gambaran hasil pada masa yang akan datang, dan
harapan keberhasilan didasarkan pada pengalamanantara menetapkan dan mencapai
tujuan. Bandura setuju bahwa penguatan menjadi penyebab belajar. Namun orang
juga dapat belajar dengan beberapa reinforcement:
-
penguatan
vikarius (vicarious reinforcement): mengamati orang lain yang mendapat
penguatan, membuat orang ikut puas dan berusaha belajar gigih agar menjadi
seperti orang itu.
-
Penguatan
yang ditunda (expectation reinforcement): orang terus menerus berbuat tanpa
mendapat penguatan, karena yakin akan mendapat penguatan yang sangat memuaskan
pada masa yang akan datang.
-
Tanpa
penguatan (beyond reinforcement): belajar tanpa ada reinforsemen sama sekali.
Ekspentasi penguatan dapat dikembangkan
dengan mengenali dampak dari tingkah laku orang lain yang ada di lingkungan
sosial, dan menghukum tingkah lakunya sendiri. Orang mengembangkan standar
pribadi berdasarkan standar sosial melalui interaksinya dengan orang tua, guru,
dan teman sebaya. Dalam peneliltian ditemukan, anak-anak yang diberi reward
untuk pencapaian yang relatif rendah akan tumbuh dan mengembangkan self reward
yang murah dibanding anak yang standar pencapaiannya tinggi. Begitu pula anak
yang mengamati model yang diganjar pada standar pencapaian yang rendah akan
menjadi orang dewasa yang murah dalam mengganjar diri sendiri dibanding anak
yang mengamati model dengan standar ganjaran tinggi.
3.3 Perkembangan kepribadian
Ø Belajar Melalui Observasi
Menurut Bandura kebanyakan orang belajar
terjadi tanpa reinforsemen yang nyata. Dalam penelitiannya, ternyata orang
dapat dapat mempelajari respon baru dengan melihat respon orang lain, belajar
tetap terjadi tanpa ikut melakukan hal yang yang dipelajari itu, danmodel yang
diamati juga tidak mendapat reinforsemen dari tingkah lakunya. Belajar melalui
observasi jauh lebih efisien dibanding belajar melalui pengalaman langsung.
Melalui observasi orang dapat memperoleh respon yang sangat banyak, yang
mungkin diikuti dengan hubungan atau penguatan.
Ø Peniruan (modelling)
Inti dari belajar melalui observasi adalah
modelling. Peniruan atau meniru sesungguhnya tidak tepat untuk mengganti kata
modelling, karena modelling bukan sekedar menirukan atau mengulangi apa yang
dilakukan orang model (orang lain), tetapi modelling melibatkan penambahan dan
atau pengurangan tingkah laku yang teramati, menggenaralisir berbagai pengamatan
sekaligus, melibatkan proses kognitif.
Ø Modelling tingkah laku baru
Melalui modelling orang dapat memperoleh
tingkah laku baru. Stimulus berbentuk tingkah laku model ditransformasi menjadi
gambaran mental, dan yang lebih penting lagi ditransformasi menjadi simbol
verbal yang dapat diingat kembali suatu saat nanti.
Ø Modelling mengubah tingkah laku lama
Pertama, tingkah laku model yang diterima
secara sosial dapat memperkuat respon yang sudah dimiliki pengamat. Kedua,
tingkah laku model yang tidak diterima secara sosisl dapat memperkuat atau
memperlemah pengamat untuk melakukan tingka laku yang tidak diterima secara
sosial. Tergantung apakah tingkah laku model itu diganjar atau dihukum.
Ø Modelling simbolik
Sebagian besar modelling tingkah laku
berbentuk simbolk. Film dan televisi menyajikan contoh tingkah laku yang tak
terhitung yang mungkin mempengaruhi pengamatnya. Sajian itu berpotensi sebagai
sumber model tingkah laku.
Ø Modelling kondisioning
Modelling ini banyak dipakai untuk
mempelajari respon emosional. Pengamat mengobservasi model tingkah laku
emosional yang mendapat penguatan.
Menurut bandura, terdapat empat proses
yang satu sama lain berkaitan, diantaranya:
Pertama, proses atensional, yakni proses yang
mendorong minat individu untuk memperhatikan atau mengamati TL model. Proses
ini dipengaruhi oleh frekuensi kehadiran model dan karakteristik yang
dimilikinya. Model yang sering tampil dan memiliki karakteristik yang menarik
dimata individu pengamat, atau memiliki pengaruh atas individu pengamat, lebih
mudah mendatangkan perhatian individu pengamat itu dibanding dengan model yang
jarang tampil, tidak menarik atau tidak memiliki pengaruh.
Kedua,
proses retensi, yaitu proses saat individu pengamat menyimpan TL model yang
telah diamatinya dalam ingatannya, baik melalui kode verbal maupun kode
imajinal atau pembayangan gerak. Kedua kode penyimpanan itu memainkan peranan
penting dalam proses berikutnya, yakni proses reproduksi.
Ketiga, proses reproduksi, yaitu proses saat
individu pengamat mencoba mengungkap ulang TL model yang telah diamatinya,
pengungkap ulangan atau reproduksi TL model ini pada mulanya bersifat kaku dan
kasar, tetapi dengan pengulangn yang insentif, lambat-laun individu bisa
mengungkapkan TL model itu dengan sempurna atau setidaknya mendekati TL model.
Keempat, proses motivasional dan penguatan. TL
yang telah diamati tidak akan diungkapkan oleh individu pengamat apabila ia
kurang termotivasi. Seperti teori belajar pada umunya, bandura percaya bahwa
penguatan positif bisa memotivasi individu kearah pengungkapan TL, dalam hal
ini TL yang telah diamati. Disamping itu, penguatan juga memengaruhi proses
atensional individu. Artinya, individu lebih tertarik untuk mengamati dan
mencontoh TL yang menghasilkan penguatan yang besar dibanding denga TL yang
menghasilkan penguatan yang kecil.
Dampak belajar
Konsekuensi
dari suatu respon mempunyai tiga fungsi:
- pemberi
informasi: memberi informasi mengenai dampak dari tingkah laku, informasi
ini dapat disimpan untuk dipakai membimbing tingkah laku pada masa yang
akan datang.
- memotivasi
tingkah laku yang akan datang: menyajikan data sehingga orang dapat
membayangkan secara simbolik hasil tingkah laku yang akan dilakukannya,
dan bertingkah laku sesuai dengan peramalan-peramalan yang dilakukannya.
- penguat tingkah laku: keberhasilan akan menjadi penguat sehingga tingkah laku menjadi berpeluang diulangi, sebaliknya kegagalan akan membuat tingkah laku cenderung tidak diulang.
MASALAH SOSIAL
Remaja
yang pada saat masih kesil dulu ia pernah digigit oleh seekor kucing, ia
menjadi takut setiap ada kucing di sekitarnya. Meskipun sebenarnya kucing itu
tidak mengganggu. Ia menjadi fobia terhadap kucing. Akan tetapi lama kelamaan
di setiap tempat ia sering melihat kucing, dan kebanyakan orang-orang yang
dekat dengannya tidak terganngu dengan kucing. ia bahkan melihat ada orang yang
memberi makan kucing, memelihara kucing, dan sangat menyukai hewan itu. Lalu ia
mencoba untuk menghilangkan rasa takutnya terhadap kucing dengan cara meniru
orang-orang yang tidak takut pada kucing. mulai dari bersikap tenang saat ada
kucing lewat, kucing masuk ke bawah kursi, mulai mendekati kucing dengan
mengelus bulu, dsb. Sampai pada akhirnya ia terbiasa melihat kucing dan
menyadari tidak akan terjadi apa-apa. Remaja tidak hanya meniru orang-orang
terdekatnya saja, melainkan karena ia tahu hampir semua orang yang berada
disekitarnya tidak merasa takut dengan kucing. hal ini menunjukkan bahwa
seorang penakut dapat mengubah rasa takutnya dengan melihat model yang tanpa
rasa takut berinteraksi dengan hal yang ditakutkan itu.
KESIMPULAN
Bandura menyatakan ada dua fenomena
perilaku individu yang dipengaruhi oleh lingkungan. Pertama, Bandura
berpendapat manusia dapat berfikir dan mengatur tingkah lakunya sendiri,
sehingga mereka bukan menjadi obyek pengaruh lingkungan. Sifat kausal bukan
hanya dimiliki oleh lingkungan, karena manusia dan lingkungan saling
mempengaruhi. Kedua, banyak aspek kepribadian melibatkan interaksi antar
individu. Asumsi dasar dari teori dan penelitian belajar
sosial adalah sebagian besar tingkah laku individu diperoleh sebagai hasil
belajar melalui pengamatan (observasi) atas tingkah laku yang ditampilkan oleh
individu-individu lain yang menjadi model.
Struktur kepribadian dari Bandura:
-
sistem
self
-
regulasi
diri, ada 3 proses:
o
memanipulasi
faktor eksternal
o
memonitor
tingkah laku internal
o
mengevaluasi
tingkah laku internal
-
faktor
eksternal dalam regulasi diri
-
faktor
internal dalam regulasi diri, terdiri dari self observation, judgmental
process, self response.
-
Efikasi
diri
-
Efikasi
kolektif
Dinamika kepribadian
Bandura setuju bahwa penguatan menjadi penyebab
belajar. Namun orang juga dapat belajar dengan beberapa reinforcement:
-
penguatan
vikarius (vicarious reinforcement)
-
Penguatan
yang ditunda (expectation reinforcement)
-
Tanpa
penguatan (beyond reinforcement):
Tidak ada komentar:
Posting Komentar