Selasa, 15 Januari 2013

ALBERT BANDURA

Latar Belakang
Berkenaan dengan teori belajar sosial, menurut bandura, sejak masa kanak-kanaknya, manusia sudah mempelajari berbagai tata cara berperilaku sedemikian rupa, sehingga ia tidak canggung dan serbasalah menghadapi berbagai situasi dan persoalan. Namun berbeda dari teori belajar sebelumnya, bandura mengatakan bahwa manusia tidak perlu mengalami atau melakukan sesuatu terlebih dahulu, sebelum ia mempelajari sesuatu. Manusia dapat belajar hanya dari mengamati atau meniru/ mengimitasi perilaku orang lain.

BIOGRAFI ALBERT BANDURA

            Albert Bandura lahir pada tanggal 4 Desember 1925, di Mundara, sebuah kota kecil di Alberta, Kanada. Dia mendapatkan gelar B.A dari University of British Columbia pada tahun 1949, dan gelar Ph.D di psikologi dari University of Lowa tahun 1952. Bandura menikahi Virginia Varns, dan mereka memiliki 2 orang anak. Dia adalah penulis atau editor dari enam buku dan beberapa artikel. Tanda jasanya meliputi beberapa penghargaan ilmuwan terkemuka, dan pemilihan untuk jabatan presiden the American Psychological Association pada tahun 1974.

ISI

3.1 Sejarah
Aliran behaviorisme memandang bahwa perilaku individu dipengaruhi oleh lingkungan. Bagi Bandura, ada dua fenomena penting yang diabaikan oleh aliran behaviorisme. Pertama, Bandura berpendapat manusia dapat berfikir dan mengatur tingkah lakunya sendiri, sehingga mereka bukan menjadi obyek pengaruh lingkungan. Sifat kausal bukan hanya dimiliki oleh lingkungan, karena manusia dan lingkungan saling mempengaruhi. Kedua, banyak aspek kepribadian melibatkan interaksi antar individu.
Teori belajar sosial dari Bandura, didasarkan pada konsep saling menentukan (reciprocal determinism), tanpa penguatan (beyond reinforcement), dan pengaturan diri/ berfikir (self-regulation/ cognition).
-          Determinis resiprokal, pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal-balik yang terus menerus antara determinan kognitif, behavioral dan lingkungan. Orang menentukan tingkah lakunya dengan mengontrol kekuatan lingkungan, tapi juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan itu sendiri. Determinis resiprokal adalah konsep yang penting dalam teori belajar sosial bandura, menjadi pijakan bandura dalam memahami tingkah laku.
-          Tanpa reiforsemen, jika setiap unit respon sosial yang kompleks harus di pilih untuk direinforse satu persatu, bisa jadi orang tidak akan belajar apapun. Reinforsemen penting dalam menentukan apakah suatu tingkah laku akan terus terjadi atau tidak, tetapi bukan satu-satunya pembentuk tingkah laku. Orang dapat belajar hanya dengan mengamati dan mengulang apa yang dilihatnya.
-          Kognisi dan regulasi diri. Konsep Bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri, mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri.
Asumsi dasar dari teori dan penelitian belajar sosial adalah sebagian besar tingkah laku individu diperoleh sebagai hasil belajar melalui pengamatan (observasi) atas tingkah laku yang ditampilkan oleh individu-individu lain yang menjadi model.
            Penelitian observasional yang paling terkenal dari bandura adalah penelitiannya ttg pembentukan agresi pada anak2. dalam penelitiannya bandura dan kolega2nya menggunakan sejumlah anak TK sbg subjek penelitian. Anak-anak tersebut kemudian dibagi dalam 4 kelompok, dan masing2 kelompok ditempatkan dalam ruangan yang terpisah serta diberi pertunjukkan atau tontonan berupa film seorang dewasa yang sedang melakukan tindakan agresif memukul sambil membentak-membantak ke arah sebuah boneka. Anak2 kelompk ke-2 diberi tontonan berupa adegan perkelahian dalam film kartun. Pada keompk 3 diberi tontonan berupa adegan dua orang dewasa yang sedang (pura-pura) berkelahi. Pada kelompok 4 diberi tontonan berupa adegan seorang dewasa yang menghadapi sebuah boneka dengan sikap tenang dan nonagresif. Beberapa lama kemudian, semua anak tersebut dibawa kedalam sebuah ruangan yang berisi berbagai permainan, diantaranya boneka2, dan mereka dibiarkan bermain bebas sambil secara diam-diam diamati oleh peneliti. Bandura menemukan bahwa pada saat bermain itu, anak kelompk pertama, 2 dan 3 menunjukkna TL agresif. Dari 3 kelompk anak tersebut, yang paling agresif adalah kelompk 3, yaitu anak-anak yang telah menyaksikan adegan perkelahian nyata, sedang anak-anak kelompk 4 menunjukkan sikap tenang atau nonagresif,seperti TL model yg disaksikan oleh mereka.
            Bandura dan kolega-koleganya menyimpulkan bahwa agresi dapat dipelajari dan terbentuk pada individu hanya dengan meniru atau mencontoh agresi yang dilakukan oleh individu lain atau oleh model yang diamatinya, bahkan meskipun hanya sepintas dan tanpa penguatan. Penemuan bandura dan kolega-koleganya itu memiliki implikasi penting bagi pemahaman pengaruh agresi yang tampil dalam kehidupan sehari-hari ataupun dalam tontonan terhadap pembentukan agresi dikalangan individu pengamat atau penonton, terutama yang masih kanak-kanak atau berusia muda.


3.2 Struktur Kepribadian
Sistem self (self system)
Self diakui sebagai unsur struktur kepribadian. Sistem self bukan unsur psikis yang mengontrol tingkah laku, tetapi mengacu ke struktur kognitif yang memberi pedoman mekanisme dan seperangkat fungsi-fungsi persepsi, evaluasi dan pengaturan tingkah laku. Pengaturan self tidak otomatis atau mengatur tingkah laku secara otonom, tetapi self menjadi bagian dari sistem interaksi resiprokal.
Regulasi diri
            manusia mempunyai kemampuan berfikir, dan dengan kemampuan itu mereka memanipulasi lingkungan, sehingga terjadi perubahan lingkungan akibat kegiatan manusia. Menurut Bandura, akan terjadi strategi reaktif dan proaktif dalam regulasi diri. Strategi reaktif dipakai untuk mencapai tujuan, namun ketika tujuan hampir tercapai startegi proaktif menentukan tujuan baru yang lebih tinggi. Seseorang memotivasi dan membimbing tingkah lakunya sendiri melalui strategi proaktif, menciptakan keseimbangan, agar dapat memobilisasikan kemampuan dan usahanya berdasarkan antisipasi apa saja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Tiga proses yang dapat dipakai unutk melakukan pengaturan diri yaitu: memanipulasi faktor eksternal, memonitor dan mengevaluasi tingkah  laku internal. Tingkah laku manusia adalah hasil pengaruh resiprokal faktor eksternal dan faktor internal itu.
Ø  Faktor Eksternal dalam Regulasi Diri
            Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dengan dua cara, yaitu faktor eksternal yang memberi standar untuk mengevaluasi tingkah laku. Faktor lingkungan berinteraksi dengan pengaruh-pengaruh pribadi yang akan membentuk standar evaluasi diri seseorang.   Faktor yang kedua yaitu faktor eksternal yang  mempengaruhi regulasi diri dalam bentuk penguatan (reinforcement).
Ø  Faktor Internal dalam Regulasi Diri
            Faktor eksternal berhubungan dengan faktor internal dalam pengaturan diri sendiri. Tiga bentuk pengaruh internal menurut Bandura:
1.      Observasi diri (self observation): dilakukan berdasarkan faktor kualitas penampilan , kuantitas penampilan, orisinalitas tingkah laku diri. Apa yang diobservasi seseorang tergantung kapada minat dan konsep dirinya.
2.      Proses penilaian atau mengadili tingkah laku (judgmental proses): yaitu melihat kesesuaian tingkah laku dengan standar pribadi (bersumber dari pengalaman mengamati model), membandingkan tingkah laku dengan norma standar atau dengan tingkah laku orang lain, menilai berdasarkan pentingnya suatu aktivitas, dan memberi atribusi performasi.
3.      Reaksi-diri-afektif (self respon), berdasarkan pengamatan dan jugment, orang mengevalasi diri sendiri positif atau negatif. Reaksi afektif bisa tidak muncul, karena fungsi kognitif membuat keseimbangan yang mempengaruhi evaluasi positif atau negatif menjadi kurang bermakna secara individual.

 Efikasi Diri (Self Effication)
Bandura menyebutkan keyakinan atau harapan diri sebagai efikasi diri, dan harapan  hasilnya disebut ekspektasi hasil.
1.      Efikasi diri atau efikasi ekspektasi (Self effication-efficacy expectaion), adalah persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diinginkan.
2.      ekspektasi hasil (Outcome expectation), yaitu perkiraan bahwa tingkah laku yang dilakukan diri  itu akan mencapai hasil tertentu.
Efikasi disini adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisa mengerjakan sesuai dengan ketentuan.  Efikasi berbeda dengan aspirasi (cita-cita), karena cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya dapat dicapai, sedangkan efikasi menggambarkan penilaian kemampuan diri. Orang yang ekspektasi efikasinya tinggi (percaya bahwa dia dapat mengerjakan sesuai dengan tuntutan situasi) dan harapan hasilnya realistik (memperkirakan hasil sesuai dengan kemampuan diri), orang itu akan bekerja keras dan bertahan mengerjakan tugas sampai selesai.
Ø  Sumber Efikasi Diri
Efikasi diri dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan atau diturunkan, melalui salah satu atau kombinasi 4 sumber, yaitu:
1.      Pengalaman performansi (performance accomplishment)
adalah prestasi yang pernah dicapai pada masa yang telah lalu. Performansi masa lalu menjadi pengubah efikasi diri yang paling kuat pengaruhnya, prestasi masa lalu yang baik meningkatkan ekspektasi efikasi, sedangkan yang gagal akan menurunkan efikasi.
2.      Pengalaman vikarius (vicarious experience)
Diperoleh melalui model sosial. Efikasi akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya efikasi menurun jika mengamati orang yang kemampuanya kira-kira sama dengan dirinya ternyata gagal.
3.      Persuasi sosial (social persuation)
Dampak dari sumber ini terbatas, tetapi pada kondisi yang tepat persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi efikasi diri.
4.      Keadaan emosi
Keadaan emosi yang kuat, takut, cemas, stress, dapat mengurangi efikasi diri. Namun bisa terjadi peningkatan emosi (yang tidak berlebihan) dapat meningkatkan efikasi diri. 

Ø  Efikasi Diri Sebagai Prediktor Tingkah laku
Menurut Bandura, sumber pengontrol tingkah laku adalah hubungan timbal balik antara lingkungan, tingkah laku, dan pribadi. Efikasi diri merupakan variabel pribadi yang penting. Yang bila digabung dengan tujuan-tujuan spesifik spesifik dan pemahaman mengenai prestasi, akan menentukan tingkah laku baru. Setiap individu mempunyai efikasi diri yang berbeda-beda pada situasi yang berbeda tergantung pada:
  1. kemampuan yang dituntut oleh situasi yang berbeda itu.
  2. kehadiran orang lain, khususnya saingan dalam situasi itu
  3. keadaan fisiologis dan emosional (kelelahan, kecemasan, apatis, murung)
efikasi tinggi atau rendah, dikombinasikan dengan lingkungan yang responsif atau tidak responsif, akan menghasilkan empat kemungkinan prediksi tingkah laku:
Efikasi
Lingkungan
Prediksi hasil tingkah laku
Tinggi
Responsif
Sukses, melaksanakan tugas yang sesuai dengan kemampuannya
Rendah
Tidak responsif
Depresi, melihat orang lain sukses pada tugas yang dianggapnya sulit
Tinngi
Tidak responsif
Berusaha keras mengubah lingkungan menjadi responsif, melakukan protes, aktivitas sosial, bahkan memaksakan perubahan
Rendah
Responsif
Orang menjadi apatis, pasrah, merasa tidak mampu

Efikasi Kolektif (collective efficacy)
            Yaitu keyakinan masyarakat bahwa usaha mereka secara bersama-sama dapat menghasilkan perubahan sosial tertentu. Bandura berpendapat, orang berusaha mengontrol kehidupan dirinya bukan hanya melalui efikasi diri individual, tetapi juga melalui efikasi kolektif. Misalnya, dalam bidang kesehatan, orang memiliki efikasi diri yang tinggi untuk berhenti merokok, tetapi mungkin memiliki efikasi kolektif yang rendah dalam hal mengurangi polusi lingkungan, bahaya tempat kerja, dan penyakit infeksi. Kedua efikasi ini kolektif bersama-sama saling melengkapi untuk mengubah gaya hidup manusia.

3.3 Dinamika Kepribadian
            Menurut bandura, motivasi adalah konsep kognitif yang mempunyai dua sumber, gambaran hasil pada masa yang akan datang, dan harapan keberhasilan didasarkan pada pengalamanantara menetapkan dan mencapai tujuan. Bandura setuju bahwa penguatan menjadi penyebab belajar. Namun orang juga dapat belajar dengan beberapa reinforcement:
-          penguatan vikarius (vicarious reinforcement): mengamati orang lain yang mendapat penguatan, membuat orang ikut puas dan berusaha belajar gigih agar menjadi seperti orang itu.
-          Penguatan yang ditunda (expectation reinforcement): orang terus menerus berbuat tanpa mendapat penguatan, karena yakin akan mendapat penguatan yang sangat memuaskan pada masa yang akan datang.
-          Tanpa penguatan (beyond reinforcement): belajar tanpa ada reinforsemen sama sekali.
Ekspentasi penguatan dapat dikembangkan dengan mengenali dampak dari tingkah laku orang lain yang ada di lingkungan sosial, dan menghukum tingkah lakunya sendiri. Orang mengembangkan standar pribadi berdasarkan standar sosial melalui interaksinya dengan orang tua, guru, dan teman sebaya. Dalam peneliltian ditemukan, anak-anak yang diberi reward untuk pencapaian yang relatif rendah akan tumbuh dan mengembangkan self reward yang murah dibanding anak yang standar pencapaiannya tinggi. Begitu pula anak yang mengamati model yang diganjar pada standar pencapaian yang rendah akan menjadi orang dewasa yang murah dalam mengganjar diri sendiri dibanding anak yang mengamati model dengan standar ganjaran tinggi.

3.3 Perkembangan kepribadian
Ø  Belajar Melalui Observasi
Menurut Bandura kebanyakan orang belajar terjadi tanpa reinforsemen yang nyata. Dalam penelitiannya, ternyata orang dapat dapat mempelajari respon baru dengan melihat respon orang lain, belajar tetap terjadi tanpa ikut melakukan hal yang yang dipelajari itu, danmodel yang diamati juga tidak mendapat reinforsemen dari tingkah lakunya. Belajar melalui observasi jauh lebih efisien dibanding belajar melalui pengalaman langsung. Melalui observasi orang dapat memperoleh respon yang sangat banyak, yang mungkin diikuti dengan hubungan atau penguatan.
Ø  Peniruan (modelling)
Inti dari belajar melalui observasi adalah modelling. Peniruan atau meniru sesungguhnya tidak tepat untuk mengganti kata modelling, karena modelling bukan sekedar menirukan atau mengulangi apa yang dilakukan orang model (orang lain), tetapi modelling melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkah laku yang teramati, menggenaralisir berbagai pengamatan sekaligus, melibatkan proses kognitif.
Ø  Modelling tingkah laku baru
Melalui modelling orang dapat memperoleh tingkah laku baru. Stimulus berbentuk tingkah laku model ditransformasi menjadi gambaran mental, dan yang lebih penting lagi ditransformasi menjadi simbol verbal yang dapat diingat kembali suatu saat nanti.
Ø  Modelling mengubah tingkah laku lama
Pertama, tingkah laku model yang diterima secara sosial dapat memperkuat respon yang sudah dimiliki pengamat. Kedua, tingkah laku model yang tidak diterima secara sosisl dapat memperkuat atau memperlemah pengamat untuk melakukan tingka laku yang tidak diterima secara sosial. Tergantung apakah tingkah laku model itu diganjar atau dihukum.
Ø  Modelling simbolik
Sebagian besar modelling tingkah laku berbentuk simbolk. Film dan televisi menyajikan contoh tingkah laku yang tak terhitung yang mungkin mempengaruhi pengamatnya. Sajian itu berpotensi sebagai sumber model tingkah laku.
Ø  Modelling kondisioning
Modelling ini banyak dipakai untuk mempelajari respon emosional. Pengamat mengobservasi model tingkah laku emosional yang mendapat penguatan.

Menurut bandura, terdapat empat proses yang satu sama lain berkaitan, diantaranya:
Pertama, proses atensional, yakni proses yang mendorong minat individu untuk memperhatikan atau mengamati TL model. Proses ini dipengaruhi oleh frekuensi kehadiran model dan karakteristik yang dimilikinya. Model yang sering tampil dan memiliki karakteristik yang menarik dimata individu pengamat, atau memiliki pengaruh atas individu pengamat, lebih mudah mendatangkan perhatian individu pengamat itu dibanding dengan model yang jarang tampil, tidak menarik atau tidak memiliki pengaruh.
Kedua, proses retensi, yaitu proses saat individu pengamat menyimpan TL model yang telah diamatinya dalam ingatannya, baik melalui kode verbal maupun kode imajinal atau pembayangan gerak. Kedua kode penyimpanan itu memainkan peranan penting dalam proses berikutnya, yakni proses reproduksi.
Ketiga, proses reproduksi, yaitu proses saat individu pengamat mencoba mengungkap ulang TL model yang telah diamatinya, pengungkap ulangan atau reproduksi TL model ini pada mulanya bersifat kaku dan kasar, tetapi dengan pengulangn yang insentif, lambat-laun individu bisa mengungkapkan TL model itu dengan sempurna atau setidaknya mendekati TL model.
Keempat, proses motivasional dan penguatan. TL yang telah diamati tidak akan diungkapkan oleh individu pengamat apabila ia kurang termotivasi. Seperti teori belajar pada umunya, bandura percaya bahwa penguatan positif bisa memotivasi individu kearah pengungkapan TL, dalam hal ini TL yang telah diamati. Disamping itu, penguatan juga memengaruhi proses atensional individu. Artinya, individu lebih tertarik untuk mengamati dan mencontoh TL yang menghasilkan penguatan yang besar dibanding denga TL yang menghasilkan penguatan yang kecil.

Dampak belajar
            Konsekuensi dari suatu respon mempunyai tiga fungsi:
  1. pemberi informasi: memberi informasi mengenai dampak dari tingkah laku, informasi ini dapat disimpan untuk dipakai membimbing tingkah laku pada masa yang akan datang.
  2. memotivasi tingkah laku yang akan datang: menyajikan data sehingga orang dapat membayangkan secara simbolik hasil tingkah laku yang akan dilakukannya, dan bertingkah laku sesuai dengan peramalan-peramalan yang dilakukannya.
  3. penguat tingkah laku: keberhasilan akan menjadi penguat sehingga tingkah laku menjadi berpeluang diulangi, sebaliknya kegagalan akan membuat tingkah laku cenderung tidak diulang.

MASALAH SOSIAL

            Remaja yang pada saat masih kesil dulu ia pernah digigit oleh seekor kucing, ia menjadi takut setiap ada kucing di sekitarnya. Meskipun sebenarnya kucing itu tidak mengganggu. Ia menjadi fobia terhadap kucing. Akan tetapi lama kelamaan di setiap tempat ia sering melihat kucing, dan kebanyakan orang-orang yang dekat dengannya tidak terganngu dengan kucing. ia bahkan melihat ada orang yang memberi makan kucing, memelihara kucing, dan sangat menyukai hewan itu. Lalu ia mencoba untuk menghilangkan rasa takutnya terhadap kucing dengan cara meniru orang-orang yang tidak takut pada kucing. mulai dari bersikap tenang saat ada kucing lewat, kucing masuk ke bawah kursi, mulai mendekati kucing dengan mengelus bulu, dsb. Sampai pada akhirnya ia terbiasa melihat kucing dan menyadari tidak akan terjadi apa-apa. Remaja tidak hanya meniru orang-orang terdekatnya saja, melainkan karena ia tahu hampir semua orang yang berada disekitarnya tidak merasa takut dengan kucing. hal ini menunjukkan bahwa seorang penakut dapat mengubah rasa takutnya dengan melihat model yang tanpa rasa takut berinteraksi dengan hal yang ditakutkan itu.

KESIMPULAN

Bandura menyatakan ada dua fenomena perilaku individu yang dipengaruhi oleh lingkungan. Pertama, Bandura berpendapat manusia dapat berfikir dan mengatur tingkah lakunya sendiri, sehingga mereka bukan menjadi obyek pengaruh lingkungan. Sifat kausal bukan hanya dimiliki oleh lingkungan, karena manusia dan lingkungan saling mempengaruhi. Kedua, banyak aspek kepribadian melibatkan interaksi antar individu. Asumsi dasar dari teori dan penelitian belajar sosial adalah sebagian besar tingkah laku individu diperoleh sebagai hasil belajar melalui pengamatan (observasi) atas tingkah laku yang ditampilkan oleh individu-individu lain yang menjadi model.
Struktur kepribadian dari Bandura:
-          sistem self
-          regulasi diri, ada 3 proses:
o   memanipulasi faktor eksternal
o   memonitor tingkah laku internal
o   mengevaluasi tingkah laku internal
-          faktor eksternal dalam regulasi diri
-          faktor internal dalam regulasi diri, terdiri dari self observation, judgmental process, self response.
-          Efikasi diri
-          Efikasi kolektif
Dinamika kepribadian
Bandura setuju bahwa penguatan menjadi penyebab belajar. Namun orang juga dapat belajar dengan beberapa reinforcement:
-          penguatan vikarius (vicarious reinforcement)
-          Penguatan yang ditunda (expectation reinforcement)
-          Tanpa penguatan (beyond reinforcement):

Tidak ada komentar:

Posting Komentar