Selasa, 15 Januari 2013

Kecemasan


2.1              Kecemasan
2.2.1        Pengertian Kecemasan
Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety” berasal dari Bahasa Latin “angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti mencekik.
            Menurut Freud (dalam Alwisol, 2005:28) mengatakan bahwa kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan.
            Menurut Chaplin (1995), kecemasan merupakan perasaaan campuran yang berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa kecemasan dimaksudkan untuk menunjukkan suatu keadaan yang tidak tenang atau suatu kegelisahan. Hal ini menggambarkan suatu respon yang berhubungan dengan fisik maupun psikologis terhadap stimulus yang mengancam dirinya dan situasi tersebut menekan dirinya atau dengan kata lain dia dipaksa untuk melakukan kegiatan diluar kemampuannya. Dengan demikian, kecemasan menunjukkan pada suatu reaksi emosi yang tidak menyenangkan.
            Menurut Frued (Spielberger, 1966), kecemasan adalah suatu kondisi atau perasaan yang tidak menyenangkan. Spielberger (1972) berpendapat bahwa kecemasan merupakan reaksi emosional yang tidak menyenangkan terhadap bahaya nyata atau imajineryang disertai dengan perubahan sistem syaraf otonom dan pengalaman subjektif sebagai “tekanan“, “ketakutan“ dan “kegelisahan“.

2.2.2        Kecemasan sebagai bagian dari Proses Emosional
Spielberger (1972; 43) berpendapat bahwa kecemasan merupakan hal yang mendasar dalam emosi individu. Jadi dalam membahas kecemasan kita tidak dapat melepaskan diri dari membahas bidang emosi. Para ahli menemui kesulitan dalam membahas bidang emosi ini karena terdapat bermacam-macam variasi dari definisi mengenai emosi. Kesulitan para peneliti di bidang emosi, menurut Spielberger disebabkan oleh kondisi dan reaksi emosional yang sangat bervariasi dan sangat fluktuatif sepanjang masa. Spilberger berpendapat : “Many different conceptional of emotion have been proposed none has achieved any wide degree of acceptance as yet” (Spielberger, 1972; 25). Banyak konsep yang berbeda mengenai emosi yang telah diusulkan tetapi tidak ada yang mendapatkan penerimaan yang luas hingga kini (Spielberger, 1972; 25).
Penjelasan mengenai kecemasan sebagai proses emosional, diutarakan oleh Sieber berdasarkan penjabaran dari teori Spielberger (Sieber, 1997 : 26-27), bahwa kecemasan mengikuti komponen keurutan sebagai berikut :


Komponen kecemasan sebagai proses emosional

Berdasarkan bagan diatas, akan dijelaskan sebagai berikut :
1.      Evaluation situation
Evaluasi yang dilakukan oleh seseorang terhadap suatu situasi yang mempunyai nilai ancaman yang merupakan stressor paling potensial dalam menyebabkan timbulnya kecemasan.

2.      Perception of situation   
Persepsi seseorang mengenai suatu situasi. Siuasi yang memiliki nilai selanjutnya diberikan pemaknaan tertentu. Hasil pemaknaan tergantung kepada evaluasi situasi yang sebelumnya sudah dialakukan dan juga sebelumnya ada proses belajar dalam diri orang tersebut.
3.      Anxiety State Reaction
Apabila seseorang menilai suatu situasi sebagai situasi yang berbahaya maka akan timbul reaksi kecemasan sesaat. Kompleksitas respon dikenal sebagai reaksi kecemasan sesaat yang diikuti respon fisiologis. Emosi yang muncul dapat berupa perasaan tertekan, tidak berdaya dan khawatir mengenai ketidakmampuan mengerjakan sesuatu dengan baik, dan merasa malu.  
4.      Cognitive Reappraisal
Pada tahap ini seseorang akan menilai kembali kondisi-kondisi yang menekan dan mencoba mencari jalan keluar untuk megatasinya. Selanjutnya orang tersebut akan menentukan apakah dia akan mengatasi kecemasannya, deffense, atau kah menghindar dari kondisi-kondisi yang dirasakan mengancam.
5.      Coping, Defense or Avoidance Behavior
Coping yaitu seseorang mendapatkan cara untuk memecahkan masalah secara efektif. Misalnya, ketika hamil ibu tersebut merasakan kecemasan mengenai kehamilannya, sebagai coping untuk masalah ini ibu hamil memeriksakan kondisi kehamilannya secara teratur agar kondisi kandungannya dapat terpantau.
Defense yaitu seseorang berusaha untuk menolak kecemasan yang dialaminya. Misalnya, sebenarnya ibu hamil X mengalami kecemasan setelah dia mendengarkan cerita mengenai proses persalinan yang diceritakan oleh tetangganya, namun ibu hamil X ini mengatakan bahwa dia tidak merasa cemas dan takut dengan proses persalinan yang nantinya akan dijalani.
Avoidance yaitu seseorang meninggalkan situasi yang membuatnya merasa terancam. Misalnya, ketika ibu hamil mengalami kecemasan ketika mendengarkan cerita yang mengerikan mengenai kehamilan dari tetangganya, ibu hamil tersebut memilih untuk pergi meninggalkan tetangganya dan mengalihkan pikirannya dengan kegiatan yang lain.

2.2.3        Teori Kecemasan
Konsep kecemasan yang dikemukakan oleh Spielberger disusun sebagai usaha untuk mempertemukan banyaknya pendapat mengenai kecemasan.
Penjelasan mengenai kecemasan sebagai berikut :
A-State will be use to refer the complex emotional reaction that are evoked in individuals who interpret specific situation as personality threatening (Spielberger, 1972).
            State anxiety digunakan untuk merujuk pada reaksi emosional yang kompleks yang muncul pada diri individu yang menginterpretasikan dituasi spesifik sebagai situasi yang mengancam secara personal (Spielberger, 1972).
            Kecemasan sesaat akan meningkat apabila individu merasa dirinya dalam keadaan terancam dan akan menurun kembali jika individu sedah merasa aman. Individu menhayati kecemasan sesaat ini secara subjektif, mengalami perasaan ketakutan, khawatir dan gelisah yang disertai dengan pengaktifan sistem syaraf otonom. Pada dasarnya, kecemasan sesaat melibatkan proses dan keurutan peristiwa temporer yang timbul karena adanya stimulus dari dalam (pikiran atau ide) maupun dari luar yang mengundang bahaya atau ancaman. Stimulus yang mengancam tersebut juga dipengaruhi oleh sikap, kemampuan danpengalaman masa lalu serta kecemasan dasar (trait anxiety) yang sifatnya menetap dalam diri individu.
Pengertian kecemasan dasar menurut Spielberger, 1972 adalah :
trait anxiety refers to stable personality differences in anxiety proneness. It is not manifested directly in behavior, rather it is inffered from the frequency and intensity of the individuals anxiety states“ (Spielberger, 1972).
            Kecemasan dasar mengacu pada perbedaan kepribadian dalam kecenderungan mengalami kecemasan. Kecemasan tidak terlihat langsung dalam perilaku, melainkan dilihat dari intensitas dan frekuensi kecemasan sesaat yang dialami oleh masing-masing individu (Spielberger, 1972).
            Kecemasan dasar merupakan refleksi pengaruh terhadap pengalaman masa lalu yang beberapa hal dianggap menentukan perbedaan individu dalam kecenderungan anxiety, yaitu dalam disposisi untuk melihat jenis situasi sebagai hal yang berbahaya dan memberi respon-respon bersama kecemasan sesaat. Pengalaman masa lalau pada perkembangan masa kanak-kanak seperti hubungan anatar orang tua dengan anak yang berkisar pada pemberian hukuman dengan intensitas dan frekuensi yang sring, akan membentuk kecemsan dasar yang merupakan bagian dari pola kepribadian (Spielberger, 1972).
                  State anxiety pada individu sangat dipengaruhi oleh bagaimana cara individu menilai stimulus yang masuk ke dalam dirinya, proses penilaian individu terhadap stimulus yang masuk ke dalam dirinya ini dinamakan oleh Spielberger sebagai Cognitive Appraisal.
Spielberger (1972) mengungkapkan bahwa terdapat dua karakteristik individu yang dapat mempengaruhi cognitive appraisal yang dimilikinya, yaitu commitment dan belief. Commitment memberikan makna penting dari suatu situasi bagi individu. Apabila seseorang telah membuat commitment yang kuat terhadap suatu situasi, maka hal atau situasi tersebut akan menjadi sangat bermakna bagi individu. Belief  merupakan suatu pengolahan kognitif yang terbentuk karena pemikiran individu atau diperoleh melalui budaya. Terdapat dua macam belief yang sangat berpengaruh terhadap cognitive appraisal seseorang, yaitu :
  1. Belief tentang control diri, belief ini mencerminkan penghayatan individu mengenai sejauh mana individu yang bersangkutan merasa mampu mengendalikan lingkungan atau dapat bertahan terhadap sesuatu kejadian yang mengancam dirinya.
  2. Eksistensial belief, merupakan belief yang bersifat umum, yang memungkinkan seseorang untuk menciptakan makna kehidupan bagi dirinya, serta untuk menumbuhkan harapan positif pada individu yang mengalami kesulitan, misalnya berupa keyakinan akan tuhan, nasib, takdir, dan sebagainya. Dengan kata lain menjelaskan apa yang diyakini sebagai suatu kebenaran oleh individu, tanpa yang bersangkutan perlu menyukainya ataupun membuktikan kebenarannya.
2.2.4        Proses Terjadinya Kecemasan
Dalam menjelasakan teori kecemasan dasar dan sesaat (tarit-state anxiety), Speilberger (1972) menyajikan suatu bagan untuk mengklasifikasikan variabel-variabel utama yang harus dipertimbangkan dalam penelitian di bidang kecemasan serta kemungkinan-kemungkinan mengenai hubungan anatar variabel tersebut. Pada bagan kecemasan dasar dan kecemasan sesaat, menunjukkan bahwa pada kecemasan dasar tidak bergantung pada stressor. Berbeda halnya dengan kecemasan sesaat yang kemunculannya bergantung pada ada atau tidaknya stressor. Adanya stressor sebagai rangsang baik internal maupun eksternal akan melalui proses penilaian yang disebut dengan “cognitive appraisal“ atau yang sering disebut juga sebagai penilaian kognitifyang dipengaruh oleh beberapa hal. Hal-hal yang mempengaruhi penilaian kognitif adalah sikap, kemampuan pengalaman masa lalu,dan kecemasan dasar dalam diri individu.
Menurut Spielberger (1972) terdapat dua bentuk stressor yang dapat memberikan implikasi yang berbeda terhadap individu yang berbeda, berkaitan dengan tingkat trait anxiety dalam diri individu :
1.      Individu dengan tingkat kecemasan dasar yang tinggi akan menganggap keadaan dimana individu tersebut sedang atau akan dinilai, sebagai keadaan yang mengancam bila dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat kecemasan dasar yang rendah.
2.      Keadaan yang dikarakteristikan secara fisik membahayakan, tidak mengakibatkan perbedaan reaksi pada siri individu yang memiliki tingkat kecemasan dasar yang tinggi maupun yang rendah, artinya keduanya akan menampilkan reaksi yang sama.
Perbedaan tingkat kecemasan sesaat akan terjadi bila yang menjadi ancaman tersebut berupa ancaman terhadap harga dirinya, sedangkan keadaan yang secara fisik benar-benar mengancam tingkat kecemasan sesaatnya tidak berbeda. Asumsi-asumsi dari teori kecemasan dasar sesaat Spilberger dapat disimpulkan sebagai berikut :
  1. Dalam situasi yang ditandai individu sebagai keadaan yang mengancam, maka reaksi A-State akan tergugah. Melalui mekanisme umpan balik sensoris dan kognitif, taraf anxiety state yang tinggi dialami sebagai keadaan yang tidak menyenangkan.
  2. Intensitas suatu reaksi A-State akan sebanding dengan besarnya ancaman yang dihadapi.
  3. Lamanya reaksi A-State tergantung pada intepretasi individu mengenai apakah keadaan tersebut sebagai keadaan yang membahayakan atau tidak.
  4. Individu dengan A-Trait yang tinggi akan menganggap situasi atau keadaan yang berkaitan dengan kegagalan dan ancaman-ancaman terhadap harga diri sebagai keadaan yang lebih mengancam dibandingkan individu dengan A-Trait rendah.
  5. Peningkatan dalam A-State memiliki unsur penggerak yang tercermin secara langsung dalam tingkah laku atau yang menggerakkan defense-defense psikologik (defense mechanism) yang di masa lalu efektif dalam mengurangi A-State. Situasi stressfull yang sering dihadapi, dapat mengakibatkan berkembangnya suatu pola usaha tertentu atau defense mechanism untuk mengurangi taraf A-State.
Terjadinya state anxiety melalui beberapa proses yang bertahap. Proses tersebut adalah sebagai berikut :
1.      State anxiety merupakan tingkah laku cemas yang tampak pada individu. State anxiety terjadi karena adanya rangsang yang mengenai individu dan diri individu tersebut.
2.      Rangsang itu dianggap sebagai suatu rangsang yang berbahaya dan mengancam. Rangsang tersebut dapat berasal dari luar ataupun dari dalam diri individu.
3.      Penilaian individu terhadap rangsang yang berbahaya dipengaruhi oleh pengalaman dan keberhasilan individu tersebut dalam mengatasi rangsang sejenis dengan menggunakan mekanisme pertahanan diri, perasaan subjektif individu terhadap bayangan-bayangan yang mencemaskan terhadap rangsang yang dihadapinya dan juga dipengaruhi oleh besar kecilnya trait anxiety yang berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain.
4.      Suatu stressor yang tidak mendapat makna subjektif sebagai hal yang mengancam tidak akan menimbulkan state anxiety pada individu dan tingkah laku cemas tidak akan muncul. Sedangkan stressor yang mempunyai makna mengancam akan meningkatkan trait anxiety, baik pada individu yang kecemasan dasarnya besar maupun yang kecemasan dasarnya (trait anxiety) kecil. Akan tetapi peningkatan trait anxiety tidak secara otomatis merupakan peningkatan state anxiety individu juga.
5.      Penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat dapat meredakan peningkatan trait anxiety. Hal ini mungkin tidak meningkatkan state anxiety individu dan tingkah laku yang ditampilkan individu bukan merupakan tingkah laku cemas sekalipun individu mempunyai state anxiety yang besar. Intensitas tergugahnya state anxiety sebanding dengan besar kecilnya ancaman yang dihayati individu. Semakin besar ancaman yang dirasakan, semakin besar intensitas state anxiety. Sedangkan lamanya suatu rangsang dirasakan mengancam tergantung pada pengalaman individu dalam menghadapi situasi tersebut di masa lalu.
6.      State anxiety yang tergugah akan mengaktifkan sistem syaraf otonom dalam diri individu sehingga terjadi reaksi-reaksi fisiologis tubuh tertentu. Individu yang dihadapkan pada rangsang yang mengancam dan meningkatkan kecemasan sesaatnya akan berusaha untuk mengindari dan mereduksi kecemasan tersebut sebagai upaya untuk menyesuaikan diri.
Keberhasilan ataupun kegagalan individu dalam penggunaan mekanisme pertahanan diri ini akan merupakan umpan balik yang mempengaruhi penilaian kognitif individu sehingga individu menjadi lebih selektif dalam menggunakan mekanisme pertahanan diri di masa yang akan datang.



2.2.5        Gejala-gejala kecemasan
            Kagan dan Havemann (1972) menyatakan bahwa individu yang mengalami kecemasan memiliki tanda-tanda sejumlah perubahan pada tubuh dan sensasi dikemudiannya. Tanda-tandanya antara lain : jantung berdebar-debar, munculnya perasaan kehabisan nafas dan mengalami kesulitan bernafas, tremor dan bergetar dan munculnya perasaan geli pada kulit. Tangan cenderung untuk berkeringat dan berkedut.
            Endler, Hunt dan Rosenstein (Dalam Kutash dan Schelesinger, 1980) menyatakan bahwa gejala yang muncul pada individu yang mengalami kecemasan adalah berkeringat, memiliki perasaan tidak nyaman, gembira yang berlebihan, sakit perut, tegang, detak jantung yang menigkat dan mempunyai perasaan khawatir.
            Beck, Emery dan Greenberg (dalam Wolman, 1994) mengabungkan tanda fisik dan psikis individu yang mengalami kecemasan, yaitu : munculnya rasa geli atau mati rasa, perasaan panas, kaki yang tidak bertenaga, tidak mampu merasa santai, takut bila terjadi sesuatu yang buruk, pusing, jantung yang berdebar-debar, tidak stabil, nervous, merasa tersedak, tangan dan tubuh gemetar, takut kehilangan kontrol, sulit bernafas, takut akan kematian, sakit perut, muka yang memerah dan berkeringat (bukan disebabkan oleh udara yang panas).
            American Psychiatric Association 2005, menyebutkan  bentuk dan gejala dari kecemasan diantaranya : Perasaan panik dan takut yang berlebihan, gangguan pikiran yang tidak terkendali, terganggu oleh memori atau kenangan yang menyakitkan, mimpi buruk yang terus berulang. Munculnya Gejala fisik seperti mual, berkeringat, rasa menggelitik di dalam perut, jantung berdebar, mudah terkejut, ketegangan otot, sakit kepala, sulit berbicara, sulit menelan.
Penelitian yang dilakukan oleh Sue, et all (dalam Haber dan Runyon), menemukan cara untuk mengetahui kecemasan, melalui :
1.      Kognitif : Individu yang mengalami kecemasan akan terlalu terpaku terhadap bahaya yang tidak dikenal atau tidak jelas, mengalami kesulitan berkonsentrasi, sulit membuat keputusan dan akan mengalami kesulitan tidur.
2.      Tingkah Laku Motorik : Kecemasan dapat dilihat dari apa yang telah ditampilkan dalam tingkah laku seperti : perilaku menggigit kuku, gemetar, menggigit bibir atau gelisah
3.      Somatik : Terwujud dalam reaksi fisik dan biologis seseorang. Misalnya: mulut kering, tangan dan kaki berkeringat, jantung berdebar, sesak nafas, sakit perut, tekanan darah meningkat dan lain sebagainya.
4.      Afektif : Terwujud melalui kondisi emosi seseorang seperti perasaan tegang, perasaan diteror, perasaan tidak nyaman, rasa khawatir yang berlebihan.
2.2.6        Dukungan Sosial, Stress sebelum melahirkan dan Kecemasan
Individu-individu yang tinggi dalam stress dan rendah dalam mendukung pasangan merupakan individu yang paling mungkin mengalami kecemasan selama kehamilan. Tilden (Sarason, 1983) melaporkan temuan yang sama untuk hubungan antara berbagai dukungan (emosional, informasi dan tangible) dan keseimbangan emosional, indeks komposit state anxiety, trait anxiety, depresi dan harga diri.
Temuan mengenai status perkawinan dan ketegangan psikologis mungkinmerupakan fungsi dalam mendukung perempuan yang telah menerima dukungan dari pasangan memainkan peranan yang pentinga dalam mengurangi stress, kegelisahan dan depresi selama kehamilan, jika dibandingkan dengan sumber-sumber bantuan lain. Contohnya, wanita dengan suami yang mendukung cenderung memiliki stress dan kecemasan yang lebih rendah pada setiap trimester kehamilannya. Wanita dengan kepercayaan diri yang tinggi memiliki tingkat kecemasan lebih rendah, terlebih lagi pada wanita yang banyak memiliki teman dan kerabat tingkat kecemasannya akan lebih rendah.

1 komentar:

  1. Blh tau ini sumbernya dr buku apa? info dong utk skripsi. Bs hubungi ke email saya "ralan.sumerar@gmail.com" Tq yah sblmnya.

    BalasHapus