Self Efficacy adalah keyakinan seseorang
tehadap kemampuannya dalam mengatur dan melaksanakan arah-arah dari tindakan
yang dibutuhkan untuk mengatur situasi-situasi yang berhubungan dengan masa
yang akan datang (Bandura, 2002). Menurut Bandura (2002), seseorang yang memiliki self-efficacy
yang tinggi akan membangun lebih banyak kemampuan-kemampuan melalui
usaha-usaha mereka secara terus-menerus,
sedangkan self-efficacy yang rendah akan menghambat dan
memperlambat perkembangan dari kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan seseorang. Bandura,
juga mengatakan bahwa individu dengan self-efficacy yang rendah
cenderung percaya bahwa segala sesuatu sangat sulit dibandingkan keadaan yang
sesungguhnya. Sedangkan orang yang memiliki perasaan self-efficacy yang
kuat akan mengembangkan perhatian dan usahanya terhadap tuntutan situasi dan
dipacu oleh adanya rintangan sehingga seseorang akan berusaha lebih keras.
Perilaku manusia menurut
teori perilaku terencana (theory of planned behaviuor) ditentukan oleh
norma subyektif individu terhadap perilaku target, sikap terhadap perilaku
target, dan persepsi kontrol perilaku atau persepsi efikasi diri (perceived
self efficacy). Perceived Self Efficacy untuk pertama kalinya
diperkenalkan oleh Bandura, ternyata menjadi kontributor yang
penting untuk membentuk intensi dan aksi dari perilaku. Elliot dkk. (2000)mengemukakan
bahwa perceived self efficacy adalah keyakinan individu terhadap
kemampuannya untuk mengontrol kehidupan perilakunya. Lebih lanjut, dapat
dijelaskan bahwa perceived self efficacy tidak hanya berkaitan
dengan sejumlah keterampilan yang dimiliki seseorang, melainkan menyangkut
keyakinan untuk melakukan sesuatu dengan kemampuan yang dimiliki dalam berbagai
kondisi “… is concerned not with the number of skills you have, but with
what you believe you can do with that you have under a variety of circumstance”
(Bandura, 1997). Kedudukan perceived self efficacy yang tinggi dapat
menjadi faktor pembangkit motivasi untuk bertindak atau pengontrol penyesuaian
diri seseorang, sebaliknya perceived self efficacy yang rendah bisa
menjadi penghambat utama dalam pencapaian tujuan perilaku tertentu (Schwazer
& Renner, 2000; Brown, 2002).
2.3.2.
Dimensi self efficacy
Self
efficacy bersifat situasional
dan kontekstual, yaitu tergantung pada situasi yang dihadapi dan konteks tugas
yang dihadapi. Adapun dimensi-dimensi dari self
efficacy menurut bandura yaitu:
A.
Level
Yaitu
sejauh mana individu dapat menentukan tingkat kesulitan dalam pekerjaan yang
mampu dilaksanakannya, penilaian dari aspek ini dapat dilihat dari beberapa
hal, yaitu dengan melihat apakah individu dapat membuat target yang menantang,
yakin dapat melakukan pekerjaan dengan baik, sekalipun pekerjaan tersebut
dirasakan sulit, dan apakah individu tersebut mengetahui minatnya dan
kemampuannya sehingga dapat memilih pekerjaan yang dirasakan sesuai.
B.
Strength
Yaitu
sejauh mana kekuatan dan keyakinan akan level
tersebut, apakah kuat atau lemah, yang dapat dilihat dari konsistensi individu
tersebut dalam mengerjakan tugasnya. Aspek ini dapat dilihat melalui
peningkatan usaha individu ketika menghadapi kegagalan, keyakinan individu
dalam melakukan tugas dengan baik, ketenangan dalam menghadapi tugas yang
sulit, dan komitmen dari individu tersebut dalam pencapaian target.
C.
Generality
Yaitu bagaimana seseorang mampu
menggeneralisasikan tugas-tugas dan pengalaman-pengalaman sebelumnya ketika
menghadapi suatu tugas atau pekerjaan, misalnya apakah ia dapat menjadikan
pengalaman atau menjadi suatu hambatan atau bahkan diartikan sebagai kegagalan.
Aspek ini dapat dinilai baik, jika individu dapat yakin bahwa pengalaman
terdahulu dapat membantu pekerjaanya sekarang, mampu ,menyikapi situasi yang
berbeda dengan baik, dan menjadikan pengalaman sebagai jalan menuju sukses.
1.3.3.
Sumber-Sumber Self -
Efficacy
Self Efficacy seseorang berbeda-beda
tergantung pada masing-masing individu yang dipengaruhi oleh sumber-sumber
penentu Efficacy.
Perceived self efficacy sebagai pendorong
terjadinya intensi perilaku dan aksi perilaku, kualitasnya akan tumbuh dan
berkembang melalui salah satu atau kombinasi dari beberapa sumber dari
yang berpengaruh. Adapun
beberapa sumber yang dapat membentuk perceived self efficacy antara lain
:
- Enactive Mastery Experience
Enactive Mastery Experience merupakan pembentukan perceived self efficacy individu melalui pengalaman keberhasilan
atau kegagalan yang berkaitan dengan pekerjaan individu tersebut pada saat ini.
- Vicarious Experience
Vicarious Experience merupakan pembentukan perceived self efficacy individu melalui
pengamatannya terhadap orang lain dan menemukan beberapa persamaan antara
dirinya dengan model yang diamati, dan individu yang bersangkutan cenderung
untuk meniru model tersebut.
- Verbal Persuasion
Verbal Persuasion merupakan pembentukan perceived self efficacy individu melalui ungkapan verbal yang diberikan orang
lain terhadap kemampuan individu tersebut. Verbal
persuasion yang diberikan ada dua
yaitu positif dan negatif. Jika persuasi yang diberikan adalah positif, seperti
pujian, dukungan, maka akan memperkuat Self- Efficacy individu.
Sebaliknya jika persuasi yang diberikan adalah negatif seperti kritik,
komentar, maka akan memperlemah Self- Efficacy individu tersebut.
- Physiological And Affective States
Physiological and affective states merupakan
pembentukan perceived self efficacy
melalui penghayatan operator sewing mengenai keadaan fisik maupun mentalnnya
sendiri.
1.3.4.
Proses Self-Efficacy
Perceived Self efficacy yang terbentuk dalam
diri individu akan menghasilkan suatu tingkah laku melalui empat proses, yaitu
:
- Proses Kognitif
Melalui proses kognitif,
individu akan mempersepsikan perceived
self efficacy yang dimilikinya, keyakinan diri ini mempengaruhi pola pikir
individu tersebut.
- Proses Motivasional
Melalui proses
motivasional, akan mengarahkan perilaku individu pada satu tujuan tertentu
karena telah memikirkan hal tersebut dalam kogntif individu tersebut.
- Proses Afektif
Melalui proses afektif,
individu akan melakukan penghayatan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan
stress dan depresi.
- Proses Selektif
Melalui proses seleksi,
keyakinan individu tentang personal
efficacy yang dimilikinya dapat mempengaruhi jelas aktivitas dan lingkungan
yang dipilih individu itu setelah melalui proses pertimbangan dan seleksi.
Secara eksplisit
keberadaan perceived self efficacy sebagai pengontrol dan pengarah
tindakan individu dapat dilihat pada indikatornya yaitu (Bandura, 1986)
:
Pilihan aktivitas yang dibuat (choice
behavior)
Yaitu
seberapa besar keyakinan individu dalam menentukan pilihannya untuk melakukan
tugas-tugasnya yang diberikan oleh perusahaan. Self-Efficacy mempengaruhi
pilihan yang dibuat dan arah dari berbagai macam tindakan yang mereka inginkan.
Individu cenderung untuk memilih tugas dan aktivitas dimana mereka merasa yakin
dan kompeten serta mereka akan menghindari tugas dimana mereka merasa tidak
yakin kecuali jika orang percaya tindakan mereka akan mempunyai konsekuensi
yang diinginkan, mereka hanya mempunyai sedikit incentif untuk melibatkan diri
dalam tindakan tersebut.
Yaitu seberapa besar keyakinan individu untuk
dapat mengeluarkan usaha semaksimal mungkin dalam melakukan tugas-tugasnya.
Daya tahan (persistence)
Yaitu seberapa besar keyakinan individu untuk
dapat bertahan ketika menghadapi rintangan saat melakukan tugas-tugasnya.
Penghayatan perasaan
Yaitu seberapa besar keyakinan individu untuk
dapat mengatasi stress kecemasan ketika menghadapi kegagalan atau
rintangan-rintangan dalam melakukan tugas-tugasnya. Self- Efficacy juga
mempengaruhi pola pikir dan reaksi emosional. Self- Efficacy yang tinggi
menciptakan ketenangan dalam mendekati aktivitas dan tugas yang sulit. Usaha
penuh keyakinan dimiliki oleh orang dengan Self-Efficacy tinggi itu
menghasilkan prestasi pribadi, mengurangi stress dan menurunkan kerentanan
terhadap depresi. Dan sebaliknya, orang dengan Self- Efficacy yang
randah yakin bahwa berbagai hal lebih berat daripada kenyataannya. Keyakinan
tersebut menciptakan kecemasan, stress, depresi, dan mempersempit pikiran dalam
mencari bagaimana cara terbaik untuk memecahkan suatu masalah. Oleh karena itu orang dengan
penghayatan Self efficacy rendah akan
mudah terkena stress dan depresi.
Adapun hal yang dapat mempengaruhi self efficacy adalah :
- pilihan yang dibuat
oleh individu
- usaha yang
dikeluarkannya
- berapa lama individu
dihadapkan dengan rintangan-rintangan
- bagaimana penghayatan perasaannya.
isinya bagus
BalasHapusbagus isinya, bagi dari buku apa saja yang diambil.
BalasHapusJika mengutip dari buku tolong beritahu sumbernya darimana atau bukunya apa
BalasHapus