Selasa, 15 Januari 2013

Self Efficacy


Self Efficacy adalah keyakinan seseorang tehadap kemampuannya dalam mengatur dan melaksanakan arah-arah dari tindakan yang dibutuhkan untuk mengatur situasi-situasi yang berhubungan dengan masa yang akan datang (Bandura, 2002). Menurut Bandura (2002), seseorang yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan membangun lebih banyak kemampuan-kemampuan melalui usaha-usaha mereka secara terus-menerus,  sedangkan self-efficacy yang rendah akan menghambat dan memperlambat perkembangan dari kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan seseorang. Bandura, juga mengatakan bahwa individu dengan self-efficacy yang rendah cenderung percaya bahwa segala sesuatu sangat sulit dibandingkan keadaan yang sesungguhnya. Sedangkan orang yang memiliki perasaan self-efficacy yang kuat akan mengembangkan perhatian dan usahanya terhadap tuntutan situasi dan dipacu oleh adanya rintangan sehingga seseorang akan berusaha lebih keras.
Perilaku manusia menurut teori perilaku terencana (theory of planned behaviuor) ditentukan oleh norma subyektif individu terhadap perilaku target, sikap terhadap perilaku target, dan persepsi kontrol perilaku atau persepsi efikasi diri  (perceived self efficacy). Perceived Self Efficacy untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Bandura, ternyata  menjadi kontributor yang penting untuk membentuk intensi dan aksi dari perilaku. Elliot dkk. (2000)mengemukakan bahwa perceived self efficacy adalah keyakinan individu terhadap kemampuannya untuk mengontrol kehidupan perilakunya. Lebih lanjut,  dapat dijelaskan bahwa perceived self efficacy  tidak hanya berkaitan dengan sejumlah keterampilan yang dimiliki seseorang, melainkan menyangkut keyakinan untuk melakukan sesuatu dengan kemampuan yang dimiliki dalam berbagai kondisi “… is concerned not with the number of skills you have, but with what you believe you can do with that you have under a variety of circumstance” (Bandura, 1997). Kedudukan perceived self efficacy yang tinggi dapat menjadi faktor pembangkit motivasi untuk bertindak atau pengontrol penyesuaian diri seseorang, sebaliknya perceived self efficacy yang rendah bisa menjadi penghambat utama dalam pencapaian tujuan perilaku tertentu (Schwazer & Renner, 2000; Brown, 2002).
2.3.2. Dimensi self efficacy
Self efficacy bersifat situasional dan kontekstual, yaitu tergantung pada situasi yang dihadapi dan konteks tugas yang dihadapi. Adapun dimensi-dimensi dari self efficacy menurut bandura yaitu:
A.     Level
Yaitu sejauh mana individu dapat menentukan tingkat kesulitan dalam pekerjaan yang mampu dilaksanakannya, penilaian dari aspek ini dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu dengan melihat apakah individu dapat membuat target yang menantang, yakin dapat melakukan pekerjaan dengan baik, sekalipun pekerjaan tersebut dirasakan sulit, dan apakah individu tersebut mengetahui minatnya dan kemampuannya sehingga dapat memilih pekerjaan yang dirasakan sesuai.
B.     Strength
Yaitu sejauh mana kekuatan dan keyakinan akan level tersebut, apakah kuat atau lemah, yang dapat dilihat dari konsistensi individu tersebut dalam mengerjakan tugasnya. Aspek ini dapat dilihat melalui peningkatan usaha individu ketika menghadapi kegagalan, keyakinan individu dalam melakukan tugas dengan baik, ketenangan dalam menghadapi tugas yang sulit, dan komitmen dari individu tersebut dalam pencapaian target.
C.     Generality
Yaitu bagaimana seseorang mampu menggeneralisasikan tugas-tugas dan pengalaman-pengalaman sebelumnya ketika menghadapi suatu tugas atau pekerjaan, misalnya apakah ia dapat menjadikan pengalaman atau menjadi suatu hambatan atau bahkan diartikan sebagai kegagalan. Aspek ini dapat dinilai baik, jika individu dapat yakin bahwa pengalaman terdahulu dapat membantu pekerjaanya sekarang, mampu ,menyikapi situasi yang berbeda dengan baik, dan menjadikan pengalaman sebagai jalan menuju sukses.
1.3.3.      Sumber-Sumber Self - Efficacy
Self Efficacy seseorang berbeda-beda tergantung pada masing-masing individu yang dipengaruhi oleh sumber-sumber penentu Efficacy.
Perceived self efficacy  sebagai pendorong terjadinya intensi perilaku dan aksi perilaku, kualitasnya akan tumbuh dan berkembang melalui salah satu atau kombinasi dari  beberapa sumber dari yang berpengaruh. Adapun beberapa sumber yang dapat membentuk perceived self efficacy antara lain :

  1. Enactive Mastery Experience
Enactive Mastery Experience  merupakan pembentukan perceived self efficacy individu melalui pengalaman keberhasilan atau kegagalan yang berkaitan dengan pekerjaan individu tersebut pada saat ini.
  1. Vicarious Experience
Vicarious Experience merupakan pembentukan perceived self efficacy individu melalui pengamatannya terhadap orang lain dan menemukan beberapa persamaan antara dirinya dengan model yang diamati, dan individu yang bersangkutan cenderung untuk meniru model tersebut.
  1. Verbal Persuasion
Verbal Persuasion merupakan pembentukan perceived self efficacy individu  melalui ungkapan verbal yang diberikan orang lain terhadap kemampuan individu tersebut. Verbal persuasion  yang diberikan ada dua yaitu positif dan negatif. Jika persuasi yang diberikan adalah positif, seperti pujian, dukungan, maka akan memperkuat Self- Efficacy individu. Sebaliknya jika persuasi yang diberikan adalah negatif seperti kritik, komentar, maka akan memperlemah Self- Efficacy individu tersebut.
  1. Physiological And Affective States
Physiological and affective states merupakan pembentukan perceived self efficacy melalui penghayatan operator sewing mengenai keadaan fisik maupun mentalnnya sendiri.
1.3.4.      Proses Self-Efficacy
Perceived Self efficacy yang terbentuk dalam diri individu akan menghasilkan suatu tingkah laku melalui empat proses, yaitu :
  1. Proses Kognitif
Melalui proses kognitif, individu akan mempersepsikan perceived self efficacy yang dimilikinya, keyakinan diri ini mempengaruhi pola pikir individu tersebut.
  1. Proses Motivasional
Melalui proses motivasional, akan mengarahkan perilaku individu pada satu tujuan tertentu karena telah memikirkan hal tersebut dalam kogntif individu tersebut.
  1. Proses Afektif
Melalui proses afektif, individu akan melakukan penghayatan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan stress dan depresi.


  1. Proses Selektif
Melalui proses seleksi, keyakinan individu tentang personal efficacy yang dimilikinya dapat mempengaruhi jelas aktivitas dan lingkungan yang dipilih individu itu setelah melalui proses pertimbangan dan seleksi.
Secara eksplisit keberadaan perceived self efficacy sebagai pengontrol dan pengarah tindakan individu dapat dilihat pada indikatornya yaitu (Bandura, 1986) :
Pilihan aktivitas yang dibuat (choice behavior)
            Yaitu seberapa besar keyakinan individu dalam menentukan pilihannya untuk melakukan tugas-tugasnya yang diberikan oleh perusahaan. Self-Efficacy mempengaruhi pilihan yang dibuat dan arah dari berbagai macam tindakan yang mereka inginkan. Individu cenderung untuk memilih tugas dan aktivitas dimana mereka merasa yakin dan kompeten serta mereka akan menghindari tugas dimana mereka merasa tidak yakin kecuali jika orang percaya tindakan mereka akan mempunyai konsekuensi yang diinginkan, mereka hanya mempunyai sedikit incentif untuk melibatkan diri dalam tindakan tersebut.
Usaha yang dikeluarkan (effort/performance)
            Yaitu seberapa besar keyakinan individu untuk dapat mengeluarkan usaha semaksimal mungkin dalam melakukan tugas-tugasnya.
Daya tahan (persistence)
            Yaitu seberapa besar keyakinan individu untuk dapat bertahan ketika menghadapi rintangan saat melakukan tugas-tugasnya.
Penghayatan perasaan
            Yaitu seberapa besar keyakinan individu untuk dapat mengatasi stress kecemasan ketika menghadapi kegagalan atau rintangan-rintangan dalam melakukan tugas-tugasnya. Self- Efficacy juga mempengaruhi pola pikir dan reaksi emosional. Self- Efficacy yang tinggi menciptakan ketenangan dalam mendekati aktivitas dan tugas yang sulit. Usaha penuh keyakinan dimiliki oleh orang dengan Self-Efficacy tinggi itu menghasilkan prestasi pribadi, mengurangi stress dan menurunkan kerentanan terhadap depresi. Dan sebaliknya, orang dengan Self- Efficacy yang randah yakin bahwa berbagai hal lebih berat daripada kenyataannya. Keyakinan tersebut menciptakan kecemasan, stress, depresi, dan mempersempit pikiran dalam mencari bagaimana cara terbaik untuk memecahkan suatu masalah. Oleh karena itu orang dengan penghayatan Self efficacy rendah akan mudah terkena stress dan depresi.
Adapun hal yang dapat mempengaruhi self efficacy adalah :
  1. pilihan yang dibuat oleh individu
  2. usaha yang dikeluarkannya
  3. berapa lama individu dihadapkan dengan rintangan-rintangan
  4. bagaimana penghayatan perasaannya.

3 komentar:

  1. bagus isinya, bagi dari buku apa saja yang diambil.

    BalasHapus
  2. Jika mengutip dari buku tolong beritahu sumbernya darimana atau bukunya apa

    BalasHapus